Bisnis.com, JAKARTA — PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) atau Blibli berencana melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO), dengan melepas 17,7 miliar atau sekitar 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan. Meski performa bottom line Blibli masih negatif, prospek perusahaan teknologi ini diyakini masih positif karena dukungan dari Grup Djarum.
Financial Expert Ajaib Sekuritas M. Julian Fadli mengemukakan bahwa Blibli masih membukukan rugi Rp3,35 triliun pada 2021, meningkat dari posisi setahun sebelumnya sebesar Rp2,41 triliun.
Meski demikian, BELI berhasil mencatatkan rasio solvabilitas yang membaik. Julian menyebutkan hal ini akan meningkatkan kinerja keuangan yang positif ke depan. Prospek itu tecermin pada penurunan Debt to Asset Ratio (DAR) dari sebelumnya 71,75 persen pada 2020 menjadi 45,16 persen pada 2021. Selain itu, Debt to Equity Ratio (DER) juga mengalami penurunan dari sebelumnya 247,87 persen di tahun 2020 menjadi 82,34 persen di tahun 2021.
“Secara prospek BELI memiliki dukungan dari kekuatan grup yang besar sehingga berpotensi untuk memiliki prospek fundamental yang baik secara tren jangka panjang. BELI didukung oleh GDP Venture yang merupakan modal ventura Grup Djarum,” kata Julian dalam risetnya, Senin (17/10/2022).
Julian juga menyoroti posisi Blibli dalam peta ekosistem ekonomi digital. Laporan Frost & Sullivan menempatkan Blibli pada peringkat pertama dalam kategori makanan segar dan consumer electronics dalam omnichannel B2C. Platform Blibli juga menduduki peringkat kedua untuk kategori produk otomotif dan B2B di antara pelaku e-commerce terkemuka di Indonesia.
“BELI berhasil mencatatkan pertumbuhan TPV [total processing value] keseluruhan dari total semua segmen, yaitu Ritel 1P, Ritel 3P, Institusi maupun Toko Fisik,” paparnya.
Baca Juga
Secara Keseluruhan dari 2020 hingga 2021, TPV tumbuh sebesar 44,7 persen. Adapun sejak tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2021 hingga tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2022 pertumbuhan keseluruhan TPV mencapai 95 persen.
Pertumbuhan TPV sejalan dengan pendapatan bruto menjadi sebesar Rp9,51 triliun, atau meningkat 97,7 persen secara tahunan dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,81 triliun.
“Sementara itu, pengeluaran untuk diskon dan promosi mengalami penurunan secara tahunan, hasil dari strategi dan fokus BELI yang positif atas monetisasi platform dan optimasi diskon serta promosi langsung secara efektif di segmen ritel, institusi dan toko fisik,” tambahnya.
Hal tersebut, kata Julian, membuat pendapatan neto BELI meningkat menjadi Rp8,85 triliun, melesat 106 persen secara tahunan dari Rp4,29 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.