Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan teknologi PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) atau Blibli tengah bersiap melakukan penawaran umum saham perdana, yang ditaksir dapat mencapai Rp8,17 triliun. Sebagian besar dana IPO ini rencananya akan digunakan untuk melunasi utang Blibli.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan rencana penggunaan dana IPO Blibli yang sebagian besar digunakan untuk melunasi utang dapat membuat IPO Blibli menjadi kurang menarik di mata investor.
"Investor cenderung lebih menyukai jika digunakan untuk ekspansi yang dapat berdampak signifikan terhadap masa depan perusahaan, sehingga biasanya berani membayar lebih mahal karena memiliki potensi pertumbuhan yang kuat," kata Pandhu, Senin (17/10/2022).
Namun, lanjut dia, sisi positifnya dari pelunasan utang ini dapat memperbaiki struktur permodalan calon emiten berkode saham BELI ini menjadi lebih sehat. Hal ini dapat meminimalkan beban dan diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas.
"Jika memang demikian artinya BELI akan cenderung konservatif dan mementingkan efisiensi dan profitabilitas di masa mendatang," ujar dia.
Pandhu memproyeksikan kinerja Blibli akan membaik setelah IPO, tetapi, tidak akan secepat para pesaingnya.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, dari perkiraan nilai emisi IPO sebesar Rp8,17 triliun, sebanyak Rp5,5 triliun akan digunakan Blibli untuk melunasi utang kepada PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar Rp2,75 triliun, dan ke PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) senilai Rp2,75 triliun.
Sementara itu, sisa dana IPO akan digunakan Blibli dan entitas anak sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha utama dan pengembangan usaha perseroan. Rinciannya, sekitar 57 persen digunakan oleh Blibli, dan 43 persen akan digunakan untuk PT Global Tiket Network (GTNe).