Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York ditutup melemah pada Senin (10/10/2022) menandakan penurunan untuk hari keempat berturut-turut karena prospek pengetatan kebijakan moneter dan risiko geopolitik membebani sentimen investor.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (11/10/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,32 persen atau 93,91 poin ke 29.202,88, S&P 500 jatuh 0,75 persen atau 27,27 ke 3.612,39, dan Nasdaq anjlok 1,04 persen atau 110,30 poin ke 10.542,10.
Nasdaq 100 berkinerja paling buruk, dengan saham produsen semikonduktor terpuruk setelah langkah Washington untuk membatasi akses China ke teknologi AS menambah tanda-tanda perlambatan permintaan chip di seluruh dunia.
Pelemahan Wall Street juga terjadi usai Wakil Ketua Federal Reserve Lael Brainard mencatat bahwa kenaikan suku bunga sebelumnya masih bekerja melalui ekonomi. Sebelumnya, Presiden Fed Chicago Charles Evans mengatakan The Fed perlu segera mencapai tingkat di mana para pembuat kebijakan dapat merasa nyaman berhenti sejenak untuk mengurangi risiko overshooting. Adapun obligasi berjangka AS diperdagangkan lebih rendah, sementara pasar tunai AS ditutup untuk Hari Columbus.
Indeks dolar AS pun menguat terhadap hampir semua mata uang utama di tengah tanda-tanda eskalasi baru dalam perang Rusia-Ukraina. Di Inggris, turbulensi mencengkeram pasar emas, dengan aksi jual yang semakin cepat meskipun Bank of England memperpanjang langkah-langkah daruratnya.
Suasana pasar dinilai tetap rapuh menjelang data inflasi AS pada Kamis (13/10/2022) dan laporan pendapatan bank musim kuartal ketiga. Pembacaan inflasi yang lebih panas dari perkiraan, berada di atas angka tenaga kerja yang kuat minggu lalu, akan menambah tekanan pada The Fed untuk memperpanjang kenaikan suku bunga 75 basis poin di luar tahun ini.
Baca Juga
“Inflasi dan The Fed akan mendominasi minggu ini. Jika diskusi tentang suku bunga yang lebih tinggi tetap di depan dan di tengah, pasar kemungkinan akan tetap mengikuti mereka,” kata Paul Nolte, manajer portofolio di Kingsview Investment Management.
Bank sentral yang hawkish tanpa henti membuat investor muram tentang musim pendapatan yang akan datang. JPMorgan Chase & Co. dan Citigroup Inc. termasuk di antara bank-bank besar yang akan mengungkap pendapatannya akhir pekan ini.
"Pasar saat ini mencoba mencerna semua data yang masuk dan kemudian meletakkannya di samping semacam jalur kenaikan suku bunga Fed," kata Shawn Cruz, kepala strategi perdagangan di TD Ameritrade kepada Bloomberg.
Bahkan setelah aksi jual brutal tahun ini, pasar belum memperhitungkan semua risiko yang berasal dari suku bunga yang lebih tinggi dan inflasi yang sangat tinggi. Lebih dari 60 persen dari 724 responden survei MLIV Pulse terbaru Bloomberg memperkirakan musim pendapatan akan mendorong Indeks S&P 500 lebih rendah.
Ahli strategi di Goldman Sachs Group Inc. dan Morgan Stanley memperingatkan ini akan menjadi musim pelaporan keuangan emiten yang sulit, mengingat risiko seperti permintaan yang melambat dan biaya yang melonjak.
“Pasar bearish tidak akan berakhir sampai gambaran fundamental yang memburuk sepenuhnya didiskon,” kata ahli strategi Morgan Stanley.