Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini, Jumat (30/9/2022). Rupiah ditutup menguat bersama beberapa mata uang lain di kawasan Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka naik 60,5 poin atau 0,40 persen sehingga parkir di posisi Rp15.202 per dolar AS. Indeks dolar AS pada pukul 09.10 WIB terpantau nekemah 0,23 persen ke level 111,99.
Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia terpantau dibuka bervariasi di hadapan dolar AS. Mata uang yen Jepang melemah 0,15 persen, won Korea menguat 0,62 persen, yuan China melemah 0,11 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,03 persen terhadap dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya memperkirakan untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat tipis di rentang Rp15.240-Rp15.300.
Ibrahim mengatakan, dolar AS melanjutkan pergerakannya yang tampaknya tanpa henti lebih tinggi, serta intervensi Bank of England ke pasar obligasi menghilang.
Dia melanjutkan, Bank of England mengumumkan pembelian obligasi darurat pada hari Rabu, mencoba untuk menopang pasar emas yang telah merosot, bersama dengan poundsterling.
Baca Juga
"Hal ini terjadi setelah pemerintah Inggris yang baru mengumumkan pemotongan pajak yang substansial, yang kemungkinan didanai oleh pinjaman yang besar," ujar Ibrahim, Kamis (29/9/2022).
Menurutnya, ini akan memberi tekanan pada BoE untuk mengumumkan kenaikan suku bunga substansial pada pertemuan berikutnya di awal November, jika terus mengesampingkan kenaikan darurat. Penampilan dari pejabat Bank of England David Ramsden, Silvana Tenreyro, dan Huw Pill pada hari Kamis akan dicermati pasar.
Sementara dari internal, menurutnya sentimen datang dari inflasi Indonesia yang tahun ini bisa mencapai 6,27 persen. Angka ini jauh dari proyeksi pemerintah yang menargetkan inflasi di bawah 5 persen.
Selain itu diprediksi Bank Indonesia akan terus menaikkan suku bunga acuan sampai 5 persen di tahun ini.
"Musim hujan dan libur Natal dan liburan tahun baru 2023 sendiri diperkirakan akan mendorong inflasi," ujarnya.