Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia lagi-lagi merosot dengan patokan minyak Brent longsor ke bawah US$85 per barel akibat lonjakan dolar AS dan meningkatnya kekhawatiran resesi ekonomi mengancam permintaan global.
Mengutip Bloomberg, Senin (26/9/2022), harga Brent mencapai level intraday terendah sejak Januari 2022 karena dolar AS menguat ke level tertinggi sepanjang masa. Patokan minyak global turun hampir 6 persen selama minggu lalu, dan menjadi penurunan mingguan keempat berturut-turut atau pelemahan terpanjang tahun ini.
Minyak mentah berada di jalur untuk kemerosotan kuartalan yang substansial karena bank-bank sentral terkemuka termasuk Federal Reserve menaikkan suku bunga secara agresif untuk melawan inflasi, merusak prospek permintaan energi dan melemahkan selera investor terhadap aset berisiko.
Pengetatan The Fed telah membantu mendorong dolar AS ke rekor tertinggi, membuat harga komoditas dalam mata uang lebih mahal bagi pembeli di luar AS.
Kemerosotan harga minyak mentah dapat mendorong Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+ untuk mempertimbangkan intervensi dalam upaya membendung penurunan, baik secara lisan atau dengan mengumumkan pengurangan produksi.
Awal bulan ini, OPEC+ mengumumkan pengurangan pasokan, dan mengatakan para anggota akan memantau pasar ke depan.
Baca Juga
“Tekanan ke atas pada dolar adalah bola perusak [wrecking ball] untuk komoditas. Keseimbangan pasokan-permintaan telah menyusul dan, saat pasar memasuki kuartal keempat, pasar membangun stok," kata Gary Ross, kepala eksekutif Black Gold Investors LLC, dalam sebuah konferensi di Singapura, terkait ruang lingkup pemotongan pasokan OPEC.
Pedagang minyak mentah juga mengawasi jalur Badai Tropis Ian, yang diperkirakan akan menguat menjadi badai minggu ini saat mendekati daratan Florida. Saat ini, peramal cuaca sedang berjuang untuk menentukan di mana badai akan mendarat, kemungkinan bisa di mana saja dari Panhandle ke Tampa Bay.
Sementara itu, jarak atau spread waktu antara Brent dan West Texas Intermediate (WTI) yang diamati secara luas telah menyempit, menunjukkan pelonggaran jangka pendek. Spread cepat Brent, gap antara dua kontrak terdekatnya, berada di US$1,06 per barel, turun dari hampir US$2 sebulan lalu.
“Pada level saat ini, tampaknya pasar sekarang memperhitungkan dampak khas dari resesi yang dalam. Penjualan bisa membuat OPEC melakukan intervensi lagi,” kata Australia & New Zealand Banking Group Ltd. dalam sebuah catatan.