Bisnis.com, JAKARTA - Dua emiten yang cukup populer dengan basis investor ritel tinggi, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) tengah meredup menjelang pengumuman suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia. Bagaimana kisah sahamnya pasca pengumuman?
Sejak 7 September 2022, saham BUMI telah anjlok 27,31 persen ke level Rp157 per sahamnya dari posisi Rp216. Perdagangan hariannya pun juga tetap tinggi di atas Rp1 triliun setiap harinya. Jumlah saham yang dipegang masyarakat pun mencapai 99,87 miliar lembar atau setara 71,34 persen.
Sementara itu, dapat dikatakan sepanjang September harga saham GOTO konsisten ditutup ke zona merah. Hingga penutupan 21 September, saham GOTO hanya 2 kali ditutup stagnan, 2 kali di zona hijau, dan 11 kali di zona merah.
Sepanjang September 2022, harga saham GOTO anjlok 12,58 persen menjadi Rp264 per saham dari posisi harga Rp302. Saham GOTO juga cukup ramai diperdagangkan dengan nilai perdagangan pada 21 September 2022 sebesar Rp125,44 miliar.
Adapun, jumlah lembar saham GOTO yang beredar di masyarakat memang hanya 3,43 persen dari total saham ditempatkan dan disetor perseroan. Namun, jumlahnya mencapai 40,61 miliar lembar saham.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai saham GOTO memang sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga baik The Fed maupun suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Baca Juga
Menurutnya, saham GOTO agak berbeda dibandingkan dengan saham teknologi lain di Indonesia. Alasan utamanya, jelas karena GOTO masih merugi.
"Artinya masih mencari pendanaan pinjaman, jadi ketika suku bunga naik, cost of fund meningkat, ini menjadi tekanan kinerja bagi emiten tersebut," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (21/9/2022).
Dengan begitu, walaupun GOTO mengalami kenaikan kinerja pendapatan, tetap porsi rugi bersih masih besar, sehingga pasar masih memperhatikan akan berlangsung sampai kapan kondisi ini.
Sementara itu, The Fed sudah mengumumkan akan menaikan suku bunganya ke level 4,5 persen, yang artinya suku bunga acuan BI bisa di atas angka itu. Hal ini wajar saja menjadi tekanan bagi saham GOTO.
Di sisi lain, saham BUMI merupakan salah satu saham komoditas, di antara batu bara yang harganya tengah membara. Setelah sempat menyentuh harga indeks batu bara ICE Newcastle pada US$457,8 per ton pada 5 September 2022, harga batu bara mulai merangsek naik lagi per 20 September perlahan ke harga US$438 per ton.
"Membaranya harga batu bara menjadi keuntungan BUMI dan bagi sektor ini. Namun, pasar bukan lagi melihat sentimen dari harga batu bara saja yang sempat mencapai harga tertingginya lampaui US$450 per ton," terangnya.
Dia menilai saham BUMI masih menghadapi aksi profit taking seiring kenaikannya yang cukup signifikan dari cap saham gocapan.
Lebih jauh, Mayang Anggita, Analis Sinarmas Sekuritas menilai secara teknikal, jangka pendek BUMI tengah mengalami downtrend.
"Secara jangka pendek BUMI bergerak downtrend ditandai dengan dibentuknya Lower Peak dan Lower Through. Seiring terdeteksi dead cross pada indikator MA10 dan MA20, BUMI berpotensi melanjutkan pelemahan menuju MA50 di Rp141," jelasnya.
Bagi para trader, Mayang menilai saham BUMI layak dikoleksi dengan rekomendasi Buy on Weakness di sekitar level MA50 tersebut dengan target berada di seputaran Rp184--Rp187.
Di samping itu, bagi saham emiten ojek online GOTO, dia merekomendasikan Buy on Break di atas MA10 di angka 270, sehingga berpeluang untuk lanjut ke utara menuju target pertama yaitu MA20 di 284.
"Secara jangka pendek, GOTO bergerak downtrend di dalam pola Parallel Channel, dengan target selanjutnya berada pada Upper Channel di seputaran Rp300--Rp308. Stop loss jika GOTO melemah di bawah low price hari ini di angka Rp256," katanya.