Bisnis.com, JAKARTA – Analis menyoroti capaian laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan penyusutan (EBITDA) Grup PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sebesar Rp292 miliar kuartal II/2025 meski masih mencetak rugi periode berjalan Rp742 miliar pada semester I/2025.
Analis dari Panin Sekuritas, Sarkia Adelia menjelaskan EBITDA mencerminkan kemampuan suatu perusahaan untuk mencetak laba secara operasional. Selain itu, juga menjadi indikator yang dapat merefleksikan arus kas.
“EBITDA positif artinya perusahaan tidak hanya profitabel secara operasional tetapi juga mampu generate cash flow. Pada akhirnya perusahaan yang sehat tidak hanya mampu mencetak laba tetapi dari laba tersebut juga mampu menghasilkan arus kas yang sehat,” kata Sarkia dalam keterangannya, Kamis (14/8/2025).
Berdasarkan laporan keuangan GOTO, pencapaian EBITDA Grup yang disesuaikan mencapai positif sebesar Rp427 miliar, membaik Rp491 miliar yoy, sementara EBITDA Grup mencapai positif untuk tiga kuartal berturut turut sebesar Rp292 miliar, membaik Rp874 miliar yoy.
Sementara itu, lanjutnya, untuk periode semester I/2025, GOTO mencatatkan EBITDA sebesar Rp447 miliar membaik Rp1,6 triliun jika dibandingkan dengan semester I/2024 yang rugi Rp1,1 triliun.
“Di tengah kondisi makro yang menantang baik untuk sektor fintech maupun lanskap kompetisi yang intens untuk layanan on-demand GOTO masih mampu capai pertumbuhan pendapatan dan perbaikan profitabilitas,” katanya.
Baca Juga
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama GOTO Catherine Hindra Sutjahyo menjelaskan GOTO telah mencapai peningkatan adjusted EBITDA atau EBITDA yang disesuaikan selama lima kuartal berturut-turut, dengan group EBITDA positif selama tiga kuartal.
“Untuk menghubungkan ke laba bersih, pos utama yang membedakan antara EBITDA kami dan laba bersih adalah porsi hasil dari Tokopedia,” kata Catherine dalam conference call GOTO, Rabu (13/8/2025).
Catherine menjelaskan hasil pendapatan GOTO dari Tokopedia merupakan pos non-tunai dan tidak mencerminkan kinerja operasional inti perseroan. Hal ini yang menjadi selisih antara EBITDA dan laba bersih GOTO.
Faktor lainnya menurut Catherine adalah kompensasi saham yang merupakan pos non-tunai. Perbedaan ini menurutnya menjelaskan selisih antara EBITDA dan adjusted EBITDA.
“Seperti yang anda lihat, kami tetap disiplin dalam pengelolaan kompensasi berbasis saham, yang terus berhasil kami turunkan dari kuartal ke kuartal,” ujarnya.
Dengan demikian, lanjut dia, kinerja operasional dan keuangan GOTO dalam beberapa kuartal terakhir konsisten dan terus berkembang. GOTO berharap dapat mempertahankan momentum ini.
“Dengan demikian, pencapaian laba bersih sudah jelas terlihat dalam jangkauan kami,” ucap Catherine.
Sebagai informasi, GOTO membukukan pendapatan sebesar Rp8,6 triliun. Pendapatan bersih GoTo tersebut tumbuh 11% secara year-on-year (yoy). Di tengah peningkatan pendapatan, GOTO juga membukukan penurunan jumlah biaya dan beban.
Periode Januari-Juni 2025, jumlah biaya dan beban mencapai Rp8,7 triliun, turun 8% yoy. Beberapa biaya dan beban yang mengalami penurunan adalah beban pokok pendapatan yang turun 2% yoy menjadi Rp3,6 triliun. Beban umum dan administrasi 22% yoy menjadi Rp1,9 triliun.
Beban penjualan dan pemasaran turun 7,1% yoy menjadi Rp1,3 triliun. Beban operasional dan pendukung juga mengalami penurunan 8% yoy menjadi Rp462 miliar dan terakhir adalah beban penyusutan dan amortisasi yang turun 27% yoy menjadi Rp356 miliar.
Dengan peningkatan pendapatan serta penurunan beban, induk Gojek dan GoTo Financial tersebut mencatatkan rugi periode berjalan sebesar Rp742 miliar untuk semester I/2025. Kerugian bersih tersebut mampu dipangkas 74% yoy setelah pada periode yang sama tahun lalu GOTO rugi Rp2,8 triliun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.