Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah dibuka melemah pada awal perdagangan Selasa (20/9/2022), kendati indeks dolar turun tipis ke posisi 109,65.
Mengutip data Bloomberg, mata uang Garuda tampak melemah 1,5 poin atau 0,01 persen ke Rp14.979 per dolar AS. Sedangkan, indeks dolar AS juga turun 0,07 persen ke 109,65 pada 09.01 WIB.
Bersama dengan rupiah, mata uang yen Jepang melemah 0,05 persen, dolar Singapura melemah 0,01 persen, rupee India melemah 0,03 persen, yuan China melemah 0,10 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,04 persen.
Macro Equity Strategis Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan, penguatan indeks dolar AS lantaran kekhawatiran pasar bahwa The Fed akan memperpanjang siklus kenaikan suku bunga ke semester pertama 2023, dengan titik puncaknya di 4,75 persen.
“Pasar masih memperkirakan bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga 100 bps bulan ini sangat kecil, probabilitasnya hanya 20 persen menurut Fedwatch CME Group, dan suku bunga The Fed akan mencapai 4,5 persen pada akhir 2022,” tulisnya dalam riset, Senin (19/9/2022).
Namun, kemungkinan Fed memperpanjang kenaikan suku bunga hingga semester I/2023 tidak boleh diabaikan. Menurut Fedwatch, kemungkinan kenaikan kenaikan 25 bps antara Februari dan Juni 2023 menjadi 4,75 persen berkisar di 23-31 persen.
Baca Juga
Setelah itu, The Fed diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga pada November atau Desember 2023.
“Dengan skenario ini, kami memperkirakan Bank Indonesia perlu menaikkan suku bunga menjadi 5,75 persen untuk menjaga spread suku bunga Indonesia-AS di 100 bps. Namun, ada kemungkinan bahwa BI akan mempertahankan sikap pro-pertumbuhannya tahun depan dengan menjaga kenaikan suku bunga selambat mungkin, 25 bps per bulan,” papar Lionel.
Dengan asumsi BI masih bersedia mempertahankan spread suku bunga Indonesia-AS pada 100 bps, Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan BI 7-day reverse repo rate akan mencapai 5,75 persen pada April 2023.
Dengan skenario ini, diperkirakan rupiah akan menghadapi periode yang cukup bergejolak, mulai dari minggu terakhir bulan ini hingga awal kuartal II/2023.
“Rupiah kemungkinan akan bergerak dengan volatitas tinggi di kisaran Rp15.000-Rp16.000 per dolar AS. Dengan kata lain, kami melihat kemungkinan besar bagi BI untuk mentolerir depresiasi rupiah yang tajam demi mempertahankan sikap pro-pertumbuhannya,” imbuhnya.