Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Dibuka Melemah, Menuju Rp15.000

Bersama dengan rupiah, mata uang yen Jepang juga melemah 0,05 persen, dan dolar Singapura melemah 0,01 persen.
Petugas bank menunjukkan uang di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (28/6/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Petugas bank menunjukkan uang di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (28/6/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah dibuka melemah pada awal perdagangan Selasa (20/9/2022), kendati indeks dolar turun tipis ke posisi 109,65.

Mengutip data Bloomberg, mata uang Garuda tampak melemah 1,5 poin atau 0,01 persen ke Rp14.979 per dolar AS. Sedangkan, indeks dolar AS juga turun 0,07 persen ke 109,65 pada 09.01 WIB. 

Bersama dengan rupiah, mata uang yen Jepang melemah 0,05 persen, dolar Singapura melemah 0,01 persen, rupee India melemah 0,03 persen, yuan China melemah 0,10 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,04 persen.

Macro Equity Strategis Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan, penguatan indeks dolar AS lantaran kekhawatiran pasar bahwa The Fed akan memperpanjang siklus kenaikan suku bunga ke semester pertama 2023, dengan titik puncaknya di 4,75 persen.

“Pasar masih memperkirakan bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga 100 bps bulan ini sangat kecil, probabilitasnya hanya 20 persen menurut Fedwatch CME Group, dan suku bunga The Fed akan mencapai 4,5 persen pada akhir 2022,” tulisnya dalam riset, Senin (19/9/2022).

Namun, kemungkinan Fed memperpanjang kenaikan suku bunga hingga semester I/2023 tidak boleh diabaikan. Menurut Fedwatch, kemungkinan kenaikan kenaikan 25 bps antara Februari dan Juni 2023 menjadi 4,75 persen berkisar di 23-31 persen.

Setelah itu, The Fed diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga pada November atau Desember 2023.

“Dengan skenario ini, kami memperkirakan Bank Indonesia perlu menaikkan suku bunga menjadi 5,75 persen untuk menjaga spread suku bunga Indonesia-AS di 100 bps. Namun, ada kemungkinan bahwa BI akan mempertahankan sikap pro-pertumbuhannya tahun depan dengan menjaga kenaikan suku bunga selambat mungkin, 25 bps per bulan,” papar Lionel.

Dengan asumsi BI masih bersedia mempertahankan spread suku bunga Indonesia-AS pada 100 bps, Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan BI 7-day reverse repo rate akan mencapai 5,75 persen pada April 2023.

Dengan skenario ini, diperkirakan rupiah akan menghadapi periode yang cukup bergejolak, mulai dari minggu terakhir bulan ini hingga awal kuartal II/2023.

“Rupiah kemungkinan akan bergerak dengan volatitas tinggi di kisaran Rp15.000-Rp16.000 per dolar AS. Dengan kata lain, kami melihat kemungkinan besar bagi BI untuk mentolerir depresiasi rupiah yang tajam demi mempertahankan sikap pro-pertumbuhannya,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper