Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Kenaikan BBM, Rupiah Melemah ke Rp14.842 per Dolar AS

Rupiah mengalami pelemahan di tengah koreksi dolar AS akibat ketidakpastian dampak kenaikan harga BBM.
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan Senin (12/9/2022) kendati indeks dolar AS juga mengalami pelemahan.

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah tipis 0,08 persen atau 12 poin ke Rp14.842 per dola AS. Di sisi lain, indeks dolar AS tengah melemah 0,92 persen ke 108,003.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan indeks dolar AS terkait dengan Bank Sentral Eropa yang menaikkan suku bunga deposito utamanya menjadi 0,75 persen dari nol pekan lalu, kenaikan terbesar yang pernah ada.

“Presiden Christine Lagarde juga mengatakan akan ada dua atau tiga kenaikan lainnya dalam upaya untuk membawa inflasi pada level rekor kembali ke target bank 2 persen,” papar Ibrahim dalam riset, Senin (12/9/2022).

Euro juga terdongkrak oleh keuntungan teritorial substansial yang dibuat oleh pasukan Ukraina selama akhir pekan, meningkatkan potensi untuk mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina.

“Federal Reserve bertemu pekan depan dan secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga dengan jumlah yang substansial sekali lagi,” kata Ibrahim.

Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan pada Jumat bahwa dia mendukung peningkatan yang signifikan pada pertemuan berikutnya, dan Presiden Fed St. Louis James Bullard menyerukan kenaikan lagi sebesar 75 basis poin, yang akan menjadi peningkatan ketiga dari ukuran ini berturut-turut.

Dari sisi internal, pelaku pasar menilai penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) adalah kebijakan yang sulit dihindari pemerintah, ketika harga minyak dunia terus berada dikisaran US$100 per barel seperti sekarang ini.

“Kebijakan ini adalah pil pahit yang harus kita telan untuk kesehatan fiskal negara,” ujarnya.

Sampai saat ini, publik masih terjebak pada opini populis dalam menyikapi kenaikan harga BBM. Sebagian publik masih mengabaikan fakta obyektif kondisi keuangan negara, nilai tukar rupiah, dan krisis energi global.

Konflik antara Rusia dan Ukraina sebenarnya telah membuat produksi dan pasokan minyak mentah dari kedua negara terhambat, sehingga terjadi kenaikan harga minyak dunia. Tak mengherankan jika harga keekonomian BBM di dalam negeri juga mengalami kenaikan.

Asumsi ICP di US$105 per barel maka harga keekonomian BBM jenis Pertalite mencapai Rp14.000 per liter. Jika tidak dinaikkan dan tetap diangka Rp7.650 per liter, subsidi pemerintah bisa mencapai Rp6.350 per liter. Sedangkan, jumlah kuota 23 juta kilokiter pada 2022, maka jumlah yang harus disubsidi mencapai ratusan triliun rupiah.

“Ini baru Pertalite, belum lagi BBM jenis Solar yang juga harus disubsidi pemerintah. Kalo tidak direm, anggaran subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah bisa mencapai hampir Rp700 triliun. Biaya sebesar itu, sudah hampir melampaui belanja infrastruktur,” imbuhnya.

Sedangkan kebijakan subsidi BBM di Indonesia selama ini masih salah sasaran karena dikonsumsi orang-orang kaya yang mampu membeli mobil. Inilah penyebab membengkaknya anggaran subsidi hingga Rp502 triliun.

Jadi kalau harga minyak dunia masih dikisaran US$100 per barel, jauh dari asumsi makro harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang hanya US$63 per barel, satu-satunya cara dengan menaikkan harga BBM walaupun sebenarnya pemerintah masih ingin mempertahankan harga BBM tersebut.

Untuk perdagangan besok, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.830 - Rp14.890.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper