Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Kian Perkasa Berkat The Fed Yang Kerap Bernada Hawkish

Dolar AS melonjak ke level tertinggi karena masalah ekonomi Eropa dan The Fed yang bertekad untuk menurunkan inflasi ke target 2,0 persen.
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS melonjak ke level tertinggi karena masalah ekonomi Eropa dan The Fed yang bertekad untuk menurunkan inflasi ke target 2,0 persen.

Mata uang AS melonjak setinggi 144,99 yen, mencapai level tersebut untuk pertama kalinya sejak Agustus 1998. Sekarang berada dalam lompatan besar dari level tertinggi pada 1998 di 147,43. Dolar terakhir naik 0,9 persen pada 144,09 yen.

Terhadap sterling, greenback mencapai 1,1407 dolar, terendah sejak 1985 dan terakhir turun 0,1 persen pada 1,1509 dolar.

"Semakin, itu menjadi kisah pertumbuhan dan benar-benar kisah krisis. Kami memiliki China yang terus memiliki kebijakan nol COVID, dan mungkin terus berlipat ganda, mengunci lebih banyak kota," kata Erik Nelson, ahli strategi makro, di Wells Fargo di New York City dikutip dari Antara, Kamis (8/9/2022).

"Eropa dan Inggris tampaknya sedang menuju beberapa bulan yang penuh tantangan, dengan resesi yang sangat mungkin terjadi untuk kedua ekonomi. Di sisi lain, AS terlihat tangguh," tambahnya.

Euro jatuh di bawah 99 sen pada Rabu (7/9) setelah merosot serendah 0,9864 dolar pada Selasa (6/9), terendah sejak Oktober 2002. Mata uang tunggal Eropa terakhir naik 0,8 persen pada 0,9985 dolar AS.

Bank Sentral Eropa (ECB) terlihat kemungkinan akan memberikan kenaikan suku bunga besar-besaran 75 basis poin (bp) pada Kamis, tetapi ekspektasi ini tidak banyak membantu euro mengingat ekonomi Eropa yang babak belur dan keputusan Rusia untuk mempertahankan pipa gas utama Nord Stream 1 tutup tanpa batas.

Sebaliknya, sebuah laporan semalam menunjukkan industri jasa-jasa AS secara tak terduga meningkat bulan lalu, mendukung pandangan bahwa ekonomi tidak dalam resesi.

Juga pada Rabu (7/9) Bank Sentral Kanada (BOK) menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin ke level tertinggi 14-tahun, seperti yang diperkirakan dan mengatakan tingkat kebijakan perlu naik lebih tinggi karena memerangi inflasi yang mengamuk.

Meskipun suku bunga BOC naik, dolar AS sedikit berubah terhadap mata uang Kanada di 1,3141 dolar Kanada.

Pergerakan di pasar valas paling dramatis pada yen, yang jatuh, bahkan menurut standarnya sendiri baru-baru ini, sangat drastis. Sejak awal Agustus, yen telah anjlok 10,1 persen terhadap dolar.

Pada level dolar/yen saat ini, spekulasi juga berkembang bahwa Jepang dapat melakukan intervensi untuk menopang mata uangnya.

"Setiap kali yen melemah, ia mengajukan pertanyaan kepada BOJ (Bank of Japan), apakah sekarang saatnya untuk meninggalkan YCC (kontrol kurva imbal hasil)?," tulis Alan Ruskin, ahli strategi makro di Deutsche Bank dalam catatan penelitian terbarunya.

"Ketika tidak lebih dari intervensi verbal di tangan, pasar dapat membaca dari lip service bahwa pihak berwenang masih jauh dari pengetatan kebijakan moneter."

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan dalam jumpa pers bahwa pemerintah ingin mengambil langkah-langkah yang diperlukan jika pergerakan "cepat, sepihak" di pasar mata uang berlanjut, meningkatkan retorika.

Namun, banyak analis melihat intervensi sebagai sulit mengingat bank sentral global lebih fokus pada inflasi daripada nilai tukar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper