Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (7/9/2022), beriringan dengan potensi kenaikan suku bunga AS.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup melemah 32,50 poin atau 0,22 persen pada hari ini sehingga parkir di posisi Rp14.917,50 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS pada pukul 15.10 WIB terpantau menguat tipis 0,01 persen ke level 110,2250.
Selain rupiah, mata uang baht Thailand pada hari ini juga turut melemah diantaranya yen Jepang yang turun 0,83 persen, won Korea Selatan turun 0,79 persen, dolar Taiwan turun 0,35 persen, dan peso Filipina turun 0,28 persen terhadap dolar AS.
Di sisi lain, mata uang dolar Hongkong menjadi satu-satunya mata uang di kawasan Asia yang terpantau menguat dengan kenaikan tipis 0,0001 poin atau 0,00 persen terhadap dolar AS. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam dalam riset harian mengatakan penguatan indeks dolar AS hari ini berkaitan dengan data ekonomi AS yang lebih sehat di bulan Agustus dengan peningkatan aktivitas di bulan tersebut.
Oleh sebab itu, hal tersebut menurut Ibrahim memberikan The Fed lebih banyak ruang untuk menaikkan suku bunga tajam di akhir bulan September ini. “Pedagang sekarang memperkirakan peluang lebih dari 70 persen bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada bulan September,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Rabu (7/9/2022).
Sementara itu, bertolak belakang dengan AS, Bank of Japan berada di jalur yang buruk terkait dengan kebijakan moneternya, sehingga meningkatkan kemungkinan intervensi dari pejabat Jepang.
Baca Juga
Beralih ke Bank Sentral Eropa, diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada hari esok hari mengingat inflasi dengan cepat mendekati dua digit di Zona Euro. Sementara para menteri Uni Eropa akan bertemu pada hari Jumat untuk membahas krisis energi yang memukul industri dan menekan rumah tangga.
Di Inggris, Bank of England memperkirakan bahwa Inggris akan memasuki resesi berkepanjangan pada akhir tahun ini karena warga berjuang dengan biaya krisis hidup.
Perdana Menteri Inggris Liz Truss, menjanjikan paket dukungan besar pada awal minggu ini untuk mengatasi tagihan energi yang melonjak, berpotensi mengumumkan pada hari Kamis bahwa pemerintah akan menghabiskan sebanyak £200 miliar (US$230 miliar) selama 18 bulan ke depan.
Sementara itu dari domestik, dia menyampaikan Indonesia menghadapi risiko yang lebih besar dibandingkan periode awal 2022 yang masih stabil. “Kenaikan suku bunga secara langsung akan mempengaruhi pergerakan dolar terhadap sejumlah mata uang. Situasi ini membuat mata uang negara berkembang seperti rupiah tidak berdaya,” jelasnya.
Ditambah lagi dengan kenaikan BBM yang dipercaya akan merembet terhadap kenaikan barang-barang. Menurutnya kebijakan tersebut akan mempengaruhi konsumsi masyarakat dan berimbas pada kenaikan inflasi di tahun 2022 yang kemungkinan bisa tembus diatas 6 persen.
Laporan terbaru yang dipublikasikan Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini turun menjadi 3,2 persen dan berlanjut pada 2023 menjadi 2,9 persen. “Ini merupakan warning mungkin akan mengalami revisi lagi ke bawah apabila semester kedua 2022 mengalami tren pemburukan terutama di sisi inflasi dan respon kebijakan yang agresif,” lanjutnya.
Berdasarkan sentimen di atas, Ibrahim memperkirakan pergerakan rupiah besok, Kamis (8/9/2022), dibuka fluktuatif tetapi ditutup melemah pada rentang Rp14.900 - Rp14.940 per dolar AS.