Bisnis.com, JAKARTA - Menyambut kenaikan harga BBM, perusahaan otobus PT Eka Sari Lorena Transport Tbk. (LRNA) langsung menaikkan tarif bus baik untuk AKAP, Transjabodetabek maupun angkutan bandara. Langkah ini guna tetap memastikan pertumbuhan kinerja tetap sesuai rencana.
Direktur Pelaksana Eka Sari Lorena Transport Dwi Ryanta Soerbakti menjelaskan tidak melakukan perubahan target pendapatan hingga akhir tahun ini kendati terjadi kenaikan harga BBM.
"Proyeksi pendapatan diharapkan naik 15--20 persen dibandingkan dengan 2021," ungkapnya kepada Bisnis, Senin (5/9/2022).
Target pertumbuhan tersebut tetap sesuai rencana seiring dengan kenaikan harga BBM langsung direspons dengan kenaikan tarif bus emiten berkode LRNA ini.
Kemarin, Minggu (4/9/2022), telah memberlakukan kenaikan tarif divisi angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP) hingga Rp40.000.
"Kenaikan tarif sementara kami buat tidak terlalu tinggi, berada pada kisaran Rp30.000--Rp40.000. Mengingat daya beli masyarakat yang belum pulih 100 persen. Semua rute AKAP mengalami kenaikan," jelasnya.
Baca Juga
Sementara itu, divisi angkutan bandara(Jabodetabek Airport Connexion) dan Commuterlines (Jabodetabek Residencial Connexion dan Transjabodetabek reguler) ada kenaikan terhitung mulai hari ini, Senin (5/9/2022). Kenaikan hanya pada kisaran Rp3.000--Rp10.000.
Lebih lanjut, Ryanta sapaanya, menjelaskan biaya BBM berada pada kisaran 35--40 persen dari biaya operasional LRNA. Namun, perusahaan keluarga ini meyakini akan terjadi selanjutnya kenaikan harga suku cadang dan lain-lain sebagai efek domino dari kenaikan harga BBM tersebut.
"Hal tersebut yang harus kami waspadai dan evaluasi terus menerus. Untuk permintaan pelanggan, kami masih harus melihat 1 bulan ke depan. Namun karena kami tahu daya beli masyarakat masih belum pulih, kami hanya melakukan kenaikan yang tidak terlalu besar," tambahnya.
Tahun lalu, pendapatan usaha LRNA mencapai Rp70,20 miliar, naik 7,92 persen dari tahun sebelumnya Rp65,046 miliar. Dengan kenaikan 20 persen, artinya target pendapatan tahun ini sebesar Rp84,24 miliar.
Perseroan yang didirikan dengan nama awal CV Lorena tahun 1970 ini mampu menekan rugi bersih sebesar 38 persen menjadi Rp 26,47 miliar pada 2021, dari rugi bersih 2020 senilai Rp 43,03 miliar per 2020. Dengan kenaikan pendapatan hingga Rp14 miliar, LRNA optimistis dapat berbalik laba bersih pada tahun ini.
Lebih lanjut, tren penumpang juga mengalami kenaikan. Ryanta menyebut utilisasi bus sepanjang kuartal I/2022 mencapai 50 persen, sedangkan pada kuartal II/2022 mencapai 80 persen armada.
Dengan demikian sepanjang semester I/2022 total armada beroperasi antara 60 persen-65 persen. Dia optimistis utilisasi bus hingga akhir tahun dapat mencapai 90 persen.