Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Anjlok, Menderita Kerugian Mingguan Ketiga

S&P 500 tercatat dalam penurunan mingguan terpanjang sejak pertengahan Juni 2022, karena sinyal hawkish bank sentral semakin keras dalam beberapa hari terakhir.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York ditutup anjlok pada akhir perdagangan Jumat (2/9/2022) waktu setempat sehingga mengalami penurunan mingguan ketiga setelah data tenaga kerja AS tidak banyak mengubah pandangan tentang kebijakan Federal Reserve berikutnya.

Berdasarkan data Bloomberg, Sabtu (3/9/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 1,07 persen atau 337,98 ke 31.318,44, S&P 500 tergelincir 1,07 persen atau 42,59 poin ke 3.924,26, dan Nasdaq ambles 1,31 persen atau 154,26 poin ke 11.630,86.

S&P 500 tercatat dalam penurunan mingguan terpanjang sejak pertengahan Juni 2022, karena sinyal hawkish bank sentral semakin keras dalam beberapa hari terakhir. Indeks juga berakhir lebih rendah pada Jumat, menghapus kenaikan yang dicapai di awal sesi setelah laporan pekerjaan menunjukkan beberapa tanda pelonggaran di pasar tenaga kerja Amerika.

Sementara itu, harga obligasi pemerintah AS terpantau reli, dipimpin oleh seri dengan jatuh tempo pendek. Imbal hasil dua tahun yang sensitif terhadap kebijakan mengakhiri minggu hampir sama dengan posisi awal pekan, setelah melampaui 3,5 persen sebelumnya.

Data pasar tenaga kerja AS yang dirilis Jumat menambah kumpulan laporan minggu ini yang memvalidasi pernyataan The Fed bahwa ekonomi cukup kuat untuk menahan pengetatan lebih lanjut.

Pasar aset berisiko telah berada di bawah tekanan sejak Gubernur The Fed Jerome Powell menjelaskan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga lebih lanjut dan mempertahankannya hingga kenaikan harga melambat. Terlepas dari laporan yang meyakinkan, pasar masih memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga tiga perempat poin persentase bulan ini.

“Pengangguran tetap relatif rendah, tetapi penyebabnya mungkin partisipasi angkatan kerja yang minimal daripada ekonomi yang sedang booming. Investor akan memperhatikan bahwa laporan pekerjaan adalah indikator tertinggal yang seringkali kuat menuju resesi. Memang, indikator ekonomi yang lebih luas telah melemah baru-baru ini,” kata Richard Flynn, Direktur Pelaksana Charles Schwab UK.

Sementara itu, Eropa mengalami pukulan lagi saat Gazprom PJSC Rusia mengatakan pipa gas utamanya ke Eropa tidak dapat dibuka kembali seperti yang direncanakan pada Sabtu karena masalah teknis baru telah ditemukan. Berita itu membuat Eropa selangkah lebih dekat ke pemadaman listrik, penjatahan, dan resesi parah.

kepala strategi investasi di CFRA Research Sam Stovall menilai investor sudah khawatir tentang kemungkinan Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga sebesar tiga perempat poin persentase minggu depan. Hal itu dikombinasikan dengan pembatasan pasokan gas alam dan meningkatnya ketegangan AS-China telah mengkhawatirkan investor.

Kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga akan melukai pertumbuhan telah membebani pasar, mendorong obligasi global ke pasar bearish pertama mereka. Indeks Pengembalian Total Agregat Global Bloomberg dari obligasi pemerintah dan korporasi kelas investasi turun lebih dari 20 persen dari puncaknya pada 2021. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper