Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah Terhadap Dollar AS, Sentimen Apakah?

Rupiah dibuka melemah terhadap dollar AS pada perdagangan Rabu (31/8/2022). Nilai tukar rupiah melemah 0,08 persen ke level Rp14.854.
Pecahan uang kertas baru Tahun Emisi 2022/Bank Indonesia
Pecahan uang kertas baru Tahun Emisi 2022/Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami pelemahan 0,08 persen persen pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (31/8/2022). Sejumlah sentimen terindikasi mempengaruhi pergerakan ini.

Berdasarkan data Bloomberg, di pasar spot, nilai tukar rupiah berada pada level Rp14.854 per dollar AS atau terkoreksi 0,08 persen setara 11,5 poin pada pukul 09.05 WIB.

Rupiah telah melemah 4,14 persen sepanjang tahun. Baru dibuka, rupiah sempat melemah ke level Rp14.855 per dollar AS.

Adapun, indeks dollar AS mengalami pelemahan pada pagi hari ini setara 0,001 poin ke level 108,751.

Terhadap mata uang lainnya, nilai tukar dollar AS cenderung melemah, baik terhadap dollar Australia turun 0,09 persen, terhadpa dollar Hong Kong turun 0,01 persen, dan terhadap Yuan China turun 0,15 persen.

Sementara, terhadap dollar Singapura, Dollar AS mengalami penguatan 0,07 persen, begitu pula terhadpa Baht Thailand menguat 0,38 persen, serta terhadap Won Korea juga menguat 0,27 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam dalam riset harian mengatakan, dolar AS melonjak ke level tertinggi selama 20 tahun terhadap sekeranjang mata uang pada hari ini.

Hal tersebut terjadi setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan suku bunga akan dipertahankan lebih tinggi dan lebih lama untuk menurunkan inflasi yang melonjak.

Jerome Powell sebelumnya mengungkapkan penolakan gagasan kemiringan dovish oleh The Fed. Dia memperingatkan bahwa konsumen dan bisnis AS harus bersaing dengan suku bunga yang lebih tinggi karena inflasi naik.

Powell juga memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi di negara AS kemungkinan akan melambat sebagai akibatnya.

“Pasar sekarang memperkirakan peluang sekitar 76,5 persen dari kenaikan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan Fed berikutnya pada bulan September,” ungkap Ibrahim dalam riset hariannya, Senin (29/8/2022).

Oleh sebab itu, pada pekan ini fokus pelaku pasar beralih ke data penggajian AS yang akan dirilis Jumat, yang dapat memberi The Fed lebih banyak ruang untuk menaikkan suku bunga.

Sementara itu dari domestik, Ibrahim menyampaikan sentimen datang kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang akan diumumkan oleh pemerintah pada Rabu (31/8/2022) mendatang yang hingga saat ini masih terdapat penolakan dari masyarakat.

Ibrahim memperkirakan kenaikan harga BBM Pertalite yang akan mulai berlaku pada 1 September 2022, masih berada dibawah Rp10.000 per liter dengan range kenaikan Rp1.000 sampai Rp2.500 atau sekitar 30 persen dari harga saat ini.

“Pada dasarnya tujuan kebijakan subsidi BBM untuk mengurangi beban dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, kebijakan tersebut tampaknya bukan kebijakan yang paling efektif untuk memenuhi tujuan ini,” ungkap Ibrahim.

Ibrahim menilai subsidi energi, termasuk bahan bakar minyak, menimbulkan biaya ekonomi, fiskal, sosial dan lingkungan yang signifikan. Ibrahim mengatakan, tanpa upaya luar biasa dan segera, defisit perdagangan energi bisa mencapai sekitar US$80 miliar atau 3 persen PDB pada 2040.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper