Bisnis.com, JAKARTA — Arus masuk modal asing ke Indonesia meningkat, setelah inflasi AS dinilai melandai. Namun pelaku pasar masih harus mewaspadai kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan, kenaikan arus masuk modal asing disebabkan oleh euforia penurunan inflasi di AS, karena investor global berspekulasi The Fed akan mulai mengurangi agresivitas kenaikan suku bunga pada akhir tahun serta mulai melakukan pemangkasan suku bunga pada Juli 2023
"Meskipun begitu, The Fed sepertinya masih akan menaikkan suku bunga 125 basis poin (bps) lagi, masing-masing 50 bps pada September dan November, dan 25 bps pada Desember. Sehingga ekonomi AS masih akan tertekan paling tidak hingga kuartal ketiga tahun depan," katanya kepada Bisnis, Jumat (12/8/2022).
Dengan kondisi ini, rupiah ditutup juga menguat pada Jumat (12/8/2022) sebesar 0,66 persen atau 97,5 poin ke Rp14.668 per dolar AS. Penguatan rupiah saat ini didominasi oleh kuatnya arus modal asing yang masuk.
"Dengan demikian, rupiah masih ada risiko bisa berbalik, apalagi mengingat selisih suku bunga BI dengan the Fed sudah menipis tinggal 100 basis poin. Secara fundamental, ada risiko rupiah kembali melemah dengan tajam saat euforia di pasar global berakhir. Masih sulit diperkirakan kapan euforia ini akan berakhir," ungkap Lionel.
Dalam sepekan ke depan Lionel memperkirakan rupiah dapat bergerak di rentang Rp14.600-Rp14.800, tapi dalam jangka lebih panjang bisa ke Rp15.000, lalu Rp15.500 kecuali BI mulai menaikkan suku bunga bulan ini.
Baca Juga
"Sejauh ini skenario yang beredar BI mau menaikkan sekaligus 75-100 bps pada September, tapi masih harus dipastikan lagi," imbuh Lionel.