Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daftar 10 Saham yang Mayoritas Dipegang Publik, HKMU hingga ELTY

Ini 10 saham emiten dengan kepemilikan mayoritas di tangan publik. Sebagian tengah mengalami suspensi dari Bursa Efek Indonesia akibat kinerja yang kurang apik.
Ini sederet saham emiten dengan kepemilikan mayoritas berada di tangan publik. Sebagian tengah mengalami suspensi dari Bursa Efek Indonesia akibat kinerja yang tidak meyakinkan. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Ini sederet saham emiten dengan kepemilikan mayoritas berada di tangan publik. Sebagian tengah mengalami suspensi dari Bursa Efek Indonesia akibat kinerja yang tidak meyakinkan. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Ini sederet saham emiten dengan kepemilikan mayoritas berada di tangan publik. Sebagian tengah mengalami suspensi dari Bursa Efek Indonesia akibat kinerja yang tidak meyakinkan.

Minat masyarakat untuk melakukan investasi terus bertumbuh. Pada pertengahan Juli lalu, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengungkap terdapat 4.002.289 investor, dengan 99,79 persen merupakan investor individu lokal. Angka tersebut merujuk dari data KSEI pada akhir semester I/2022,

Tren peningkatan minat investasi dapat terlihat sejak 2020 dimana investor kala itu masih berjumlah 1.695.268 investor. Pada akhir tahun 2021, jumlah investor saham meningkat hingga mencapai 3.451.513 investor.

Berikut ini sederet saham yang memiliki persentase kepemilikan publik terbesar:

  1. HK Metals Utama Tbk. (HKMU)

HKMU menjadi saham dengan persentase kepemilikan publik terbesar. Berdasarkan RTI Business tercatat HKMU memiliki persentasi kepemilikan publik hingga 99,9 persen. Sementara sisa 0,10 persen dimiliki oleh Rudi Ramdhani. Per 31 Juli, jumlah pemegang saham HKMU mencapai 13.780.

Total valuasi yang dimiliki oleh HKMU saat ini mencapai Rp 3,2 miliar. Namun, HKMU kini tengah mengupayakan rights issue guna menarik investor baru untuk menjadi pemegang saham pengendali (PSP).

  1. Pool Advista Indonesia Tbk. (POOL)

Urutan kedua saham publik terbesar ditempati oleh POOL dengan persentase 96,71 persen kepemilikan publik. Sisa 3,29 persen saham dipegang oleh PT Advista Multi Artha sekaligus menjadi PSP dari POOL.

Total valuasi yang dimiliki oleh POOL saat ini mencapai Rp 2,3 miliar. Masa suspensi POOL telah mencapai 24 bulan pada tanggal 10 Juni 2022.

  1. Siwani Makmur Tbk. (SIMA)

Saham dengan persentase kepemilikan publik terbesar ketiga adalah SIMA dengan angka 94,168 persen. PT Yuanta Securities Indonesia menjadi pemegang dari sisa 5,832 persen saham SIMA. Valuasi yang dimiliki oleh SIMA saat ini mencapai Rp 442 juta.

Namun, pada 17 Februari 2020 BEI mengumumkan potensi melakukan delisting atau penghapusan pencatatan saham emiten SIMA dengan batas akhir suspensi pada 17 Februari 2022. Akan tetapi, BEI memutuskan tetap melakukan suspensi perdagangan Efek di Pasar Reguler dan Pasar Tunai terhadap SIMA. Keputusan ini dikeluarkan sejak sesi I Perdagangan Efek tanggal 1 Agustus 2022.

  1. Envy Technologies Indonesia Tbk. (ENVY)

Posisi keempat dihuni oleh ENVY dengan persentase kepemilikan publik sebanyak 93.37 persen. Sementara untuk sisa saham sebanyak 6,01 persen dipegang oleh Weiser Global Capital Markets Ltd, 0,41 persen dipegang Hazmi Bin Hussain, dan 0,21 persen dipegang oleh Mohd Sopiyan Bin Mohd Rashdi.

Total valuasi yang dimiliki oleh ENVY saat ini mencapai Rp 1,8 triliun. Meski demikian, BEI masih menghentikan perdagangan saham ENVY dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada 1 Desember 2022. Suspensi dilakukan lantaran BEI menimbang perlu penjelasan lebih lanjut dari ENVY terkait beberapa hal dalam laporan keuangan laporan keuangan interim per 30 September 2020 milik perseroan tersebut.

  1. Hotel Mandarine Regency Tbk. (HOME)

HOME merupakan salah satu perseroan dengan saham kepemilikan publik terbesar dan terkena suspensi dari BEI. Sebanyak 90,43 persen saham HOME dipegang oleh publik dan sisa 9,47 persen dipegang oleh PT Yuanta Securities Indonesia.

Meski memiliki valuasi hingga Rp22,2 miliar, BEI sebelumnya menyatakan saham HOME berpotensi delisting dari bursa karena telah mengalami suspensi lebih dari 24 bulan. Hal ini lantaran terdapat sejumlah notasi khusus yang disematkan BEI terhadap HOME.

Pertama adalah notasi A yang berarti adanya ketidakwajaran atas laporan keuangan yang telah diaudit, dan notasi L karena keterlambatan penyampaian laporan keuangan perseroan.

Kemudian notasi Y, karena Hotel Mandarine Regency belum menyelenggarakan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) sampai 6 bulan setelah akhir tahun buku sebelumnya. Terakhir notasi X yang artinya emiten berada dalam pemantauan khusus.

  1. Hanson International Tbk (MYRX)

Mayoritas saham MYRX saat ini dipegang oleh publik sebanyak 90,349 persen. Sisa saham MYRX dipegang oleh PT ASABRI (Persero) sebanyak 5,401 persen dan Benny Tjokrosaputro alias Bentjok sebanyak 4,250 persen.

Bentjok sebagai Komisaris dan Direktur MYRX juga merupakan PSP pada perseroan tersebut. Total valuasi yang dimiliki MYRX saat ini mencapai Rp86,7 miliar.

BEI sebelumnya mengumumkan MYRX telah menggenapi masa suspensi selama 30 bulan per 16 Juli 2022. Oleh karena itu, emiten tersebut memenuhi syarat untuk delisting dari pasar modal.

  1. Bakrieland Development Tbk (ELTY)

Saham mayoritas ELTY dipegang oleh publik sebanyak 89,53 persen. Sisa saham ELTY kemudian dipegang oleh KPD SIMAS EQUITY FUND 2 sebanyak 5,35 persen, dan INTERVENTURES CAPITAL PTE, LTD. sebanyak 5,12 persen. Total valuasi yang dimiliki oleh ELTY mencapai Rp 43,5 miliar.

  1. Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP)

Mayoritas saham LCGP saat ini dipegang oleh publik sebanyak 87,3774 persen. Sisa saham LCGP dipegang oleh YAYASAN KESEHATAN B MANDIRI sebanyak 7,0720 persen. DP Bukit Asam sebanyak 5,5506 persen dan PT GENERASI PRIMA SAKTI sebanyak 0 persen. Namun, GENERASI PRIMA SAKTI tercatat sebagai PSP pada LCGP.

Total valuasi LCGP saat ini mencapai Rp 5,63 miliar. Namun, saham LCGP telah disuspensi sejak 2 Mei 2019

  1. Limas Indonesia Makmur Tbk (LMAS)

Saham mayoritas LMAS dipegang oleh publik sebanyak 85,31 persen. Sisa saham ELTY kemudian dipegang oleh Suparman Tjahaja sebanyak 7,46 persen, dan Itek Bachtiar sebanyak 5,12 persen. Itek Bachtiar sekaligus menjadi PSP pada LMAS. Total valuasi yang dimiliki oleh LMAS mencapai Rp 787,8 juta.

  1. Polaris Investama Tbk (PLAS)

Sebanyak 84,44 persen saham PLAS dipegang oleh publik sementara 8,38 persen dipegang oleh PT Malaka Jaya Mulia dan 7,18 persen dipegang oleh Credit Suisse Securities (Europe) Limited - 94644000. Total valuasi yang dimiliki oleh PLAS mencapai Rp1,18 miliar dengan Credit Suisse Securities (Europe) Limited - 94644000 sebagai PSP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper