Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat pada Jumat (29/7/2022).
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,24 persen atau naik 36 poin di posisi Rp14.908 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,14 persen ke level 106,203.
Sejumlah mata uang lainnya di kawasan Asia Pasifik terpantau menguat, antaralain yuan China sebesar 0,02 persen, won Korea sebesar 0,47 persen, dolar Singapura 0,01 persen, dan baht Thailand 0,25 persen.
Adapun mata uang Asia yang melemah pada perdagangan pagi ini yaitu dolar Hong Kong 0,02 persen, yen Jepang 0,07 persen, dan dolar Taiwan 0,11 persen.
Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mendapat sentimen dari kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang secara resmi mengumumkan suku bunga acuan yang terkerek 75 basis poin (bps).
Baca Juga
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (28/7/2022). Bersamaan dengan itu, mayoritas mata uang lain di kawasan Asia turut naik pada pagi ini.
Sebelumnya, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan ekuitas AS sempat merosot sehari sebelum pengumuman The Fed, karena adanya kekhawatiran investor khawatir terkait perlambatan ekonomi.
Analis NH Korindo Sekuritas menuturkan, pelaku pasar saat ini tengah memproyeksikan tekanan pada PDB AS.
“Hal ini berpeluang membuat hawkish the Fed melambat,” ujar tim analis dalam riset harian, Jumat (29/7/2022).
Dari dalam negeri, investor di pasar Indonesia dinilai semakin emas karena Bank Indonesia (BI) yang semakin tertinggal.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan prediksi kenaikan suku bunga acuan (7DRRR) akan naik sebesar 100 bps menjadi 4.5 persen pada akhir tahun ini.
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan, pengumuman Sri Mulyani menjadi sinyal bagi BI untuk mulai mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih cepat.
Dia melanjutkan, meskipun Kementerian Keuangan mampu mempertahankan surplus anggaran sebesar Rp73.6 triliun atau 0.39 persen terhadap PDB dalam enam bulan pertama tahun ini, pihaknya akan beralih ke defisit anggaran di semester II/2022.
“Untuk menutup defisit dengan penerbitan SUN baru, Kemenkeu membutuhkan interest rate gap yang lebih besar dari saat ini [100 bps],” pungkas Lionel.