Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga dinilai sebagai keputusan yang sesuai dengan ekspektasi. Alasannya, kondisi fundamental ekonomi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan global.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan pilihan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga di level 3,5 persen sudah sesuai ekspektasi dan harus dilakukan.
"Ini hal yang mutlak harus dilakukan karena kondisi saat ini pertumbuhan ekonomi cukup bagus, data neraca perdagangan Indonesia cukup bagus, cadangan devisa juga bagus, data manufaktur juga masih di atas 50," jelasnya, Kamis (21/7/2022).
Kondisi data ekonomi dalam negeri yang positif ini mengindikasikan apa yang terjadi secara global inflasi cukup tinggi, bank central global menaikkan suku bunga, ini berbeda jauh dengan yang terjadi di asia terutama Indonesia.
Indonesia lanjutnya, menjadi salah satu negara yang cukup kuat fundamentalnya karena komoditas unggulan menjadi acuan cukup baik.
"Karena kita tahu batu bara, nikel, timah, CPO, ini yang akan membuat neraca perdagangan kita bagus, sehingga BI tidak harus menaikkan suku bunga bulan ini," tambahnya.
Baca Juga
Dia menilai BI baru akan menaikkan suku bunga pada September 2022, itu pun memperhatikan data inflasi pada kuartal III/2022.
"Itu juga mesti melihat inflasi di kuartal III/2022 kalau mengalami kenaikan signifikan baru akan menaikan suku bunga," katanya.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20 dan 21 Juli 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen, suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen.
Menurut Bank Indonesia, keputusan ini konsisten dengan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap ekonomi di dalam negeri.