Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Tambang Overweight, Cek Rekomendasi ANTM dan INCO

Saham ANTM dan INCO jadi pilihan seiring potensi bisnis pertambangan nikel yang kian menguat.
CEO PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) Febriany bersama Chairman Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited Chen Xuehua (Chairman Chen) dan rombongan mengecek pengerjaan smelter nikel di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Saham ANTM dan INCO jadi pilihan seiring potensi bisnis pertambangan nikel yang kian menguat.
CEO PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) Febriany bersama Chairman Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited Chen Xuehua (Chairman Chen) dan rombongan mengecek pengerjaan smelter nikel di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Saham ANTM dan INCO jadi pilihan seiring potensi bisnis pertambangan nikel yang kian menguat.

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan tambang PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) menjadi pilihan rekomendasi saham Mirae Asset Sekuritas seiring potensi sektor tambang nikel yang overweight.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Juan Harahap mengatakan, ANTM dan INCO direkomendasikan beli dengan target harga masing-masing Rp3.700 dan Rp7.000.

“Potensi upside ANTM 112,6 persen dan INCO 35,9 persen,” ujar Juan dalam riset harian, Rabu (13/7/2022).

Sektor tambang logam nikel mengalami overweight karena 3 hal, yaitu resesi AS yang memengaruhi harga nikel, permintaan dari industri baja nirkarat, dan potensi bisnis sektor EV.

Hal ini turut menjadi katalis pertumbuhan emiten nikel, khususnya ANTM dan INCO.

ANTM menjadi pilihan utama Mirae karena adanya potensi pertumbuhan segmen bijih nikel dalam negeri yang meningkat, pendapatan tambahan dari proyek smelter Halmahera, dan katalis dari proyek EV dengan IBC.

Juan meyakini, industri nikel akan terus bertumbuh positif di masa depan seiring dengan target pemerintah mengoperasikan 30 smelter nikel pada 2024 mendatang. Berdasarkan data tahun 2020, sudah 19 smelter yang saat ini beroperasi.

Produksi nikel diproyeksikan mencapai 2,6 juta ton di tahun ini, diperkirakan meningkat 12,5 persen secara tahunan. Produk nickel pig iron (NPI) dibidik meningkat 25 persen year-on-year (yoy).

“Industri nikel Indonesia berkembang pesat setelah pemerintah menerapkan larangan ekspor bijih nikel pertama pada tahun 2014,” imbuh Juan.

Pasar nikel global pun diperkirakan tetap defisit tahun ini dan menjadi surplus pada 2023 didukung pertumbuhan kapasitas yang kuat dari nikel kelas II di Indonesia.

Kendati demikian, perlu diperhatikan sentimen lainnya yang memengaruhi industri nikel, seperti konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang akan membebani produksi dan ekspor Rusia sebagai produsen nikel terbesar ketiga di dunia.

Pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sesi pertama, Rabu (13/7/2022), ANTM dan INCO terpantau parkir di zona merah.

ANTM terkoreksi tipis 0,57 persen ke posisi 1.730, sedangkan INCO menurun 1,46 persen menjadi 5.075.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper