Bisnis.com, JAKARTA – Harga nikel di pasar dunia melanjutkan penguatan menyusul persediaan yang menyentuh level terendah. Mampukah menjadi tambahan dorongan bagi saham sejumlah emiten tambang seperti PT Timah Tbk. (TINS), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), dan PT Harum Energy Tbk. (HRUM)?
Nikel berjangka di London Metal Exchange (LME) naik 3,13 persen ke level US$22.447 per ton pada perdagangan Selasa (5/7/2022), setelah kemarin ditutup menguat di kisaran 5 persen. Secara year-to-date, harga nikel telah meningkat 7,7 persen dan 21,92 persen dalam satu tahun terakhir.
Harga nikel sempat bergerak turun selama penguncian sebagian wilayah Shanghai, China, yang menyebabkan kekhawatiran terhadap potensi penurunan permintaan barang logam tersebut.
Dalam sebulan terakhir, harga nikel terkoreksi paling tinggi di antara logam lain, sebesar 23,53 persen, diikuti tembaga (-17,27 persen), aluminium (-16,5 persen), dan zinc (-14,95 persen).
Analis Trading Economics memperkirakan nikel akan diperdagangkan pada level US$22.989,25 per ton pada akhir kuartal II/2022. Sedangkan dalam 12 bulan ke depan, harga nikel diperkirakan dapat meningkat hingga US$27.087,79 per ton.
Pada saat yang bersamaan, tim analis JP Morgan Indonesia dalam riset terbarunya menurunkan peringkat sektor nikel di Indonesia menjadi underweight.