Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada pembukaan perdagangan awal pekan, Senin (11/7/2022). Rupiah turun ke level Rp14.984 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, di pasar spot, rupiah melemah 0,03 persen ke level Rp14.984 per dolar AS pada pukul 09.03 WIB.
Sementara itu, mata uang Asia lainnya dibuka bervariasi, yakni yen Jepang yang turun 0,76 persen, won Korea Selatan melemah 0,09 persen, yuan China turun 0,16 persen, dan ringgit Malaysia naik 0,04 persen
Sementara itu, indeks dolar AS hingga pukul 09.05 WIB, menguat 0,38 persen atau 0,40 poin ke level 107,41.
Mengutip Bloomberg, Senin (11/7/2022), pada sesi Asia pagi ini indeks dolar terpantau naik sedangkan minyak mentah berfluktuasi.
Ancaman dari inflasi yang tinggi dan ekspansi ekonomi yang melambat terus membayangi pasar. Laporan ketenagakerjaan AS yang solid Jumat meredakan beberapa kekhawatiran resesi dan meningkatkan ekspektasi pengetatan moneter Federal Reserve.
Baca Juga
Harga obligasi pemerintah AS beringsut lebih rendah, membawa imbal hasil tenor 10-tahun AS menuju 3,1 persen. Pembalikan di sepanjang kurva imbal hasil adalah tanda-tanda potensi penghematan ekonomi ke depan.
Pembacaan inflasi dari AS akhir pekan ini diperkirakan akan mendekati 9 persen, tertinggi baru empat dekade, menopang kasus Fed untuk kenaikan suku bunga jumbo pada Juli 2022.
“Data indeks harga konsumen akan menjadi penggerak inti risiko minggu ini dan kemungkinan mencetak 9 persen, yang akan menjaga imbal hasil obligasi AS menuju lebih tinggi," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone Group, menulis dalam sebuah catatan.
Di tempat lain, pound jatuh di tengah perlombaan politisi menggantikan Boris Johnson sebagai Perdana Menteri Inggris.
Di Eropa, saluran utama untuk gas Rusia ke Eropa terputus untuk perawatan 10 hari mulai Senin. Jerman dan sekutunya bersiap-siap atas rencana Presiden Vladimir Putin menggunakan kesempatan tersebut dengan memotong arus untuk selamanya sebagai pembalasan atas dukungan Barat terhadap Ukraina setelah invasi Rusia.
Presiden Joe Biden mengatakan pembicaraan tentang kemungkinan tindakan atas tarif AS atas impor China sedang berlangsung. Pemerintahannya telah mempertimbangkan untuk mengurangi beberapa pungutan era Trump atas barang-barang konsumen. Biden dan mitranya dari China Xi Jinping diperkirakan akan berbicara lagi dalam beberapa minggu mendatang.