Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat cenderung fluktuatif pada awal perdagangan Rabu (29/6/2022) waktu setempat lantaran investor tetap fokus pada meningkatnya tanda-tanda perlambatan ekonomi AS.
Berdasarkan data Bloomberg pada 20.35 WIB, indeks Dow Jones Industrial Everage dibuka turun 0,01 persen atau 4,13 poin ke 30.942,86, S&P 500 anjlok 0,35 persen atau 13,42 poin ke 3.808,13, dan Nasdaq tergelincir 0,70 persen atau 77,80 poin ke 11.103,74.
Tak lama kemudian, pada 20.55 WIB Dow Jones berbalik arah menguat 0,55 persen, S&P 500 naik 0,20 persen dan Nasdaq menguat tipis 0,05 persen.
Selain pasar saham, Bitcoin juga turun, dan harga sempat anjlok di bawah US$20.000. Sementara itu minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik di atas US$112 per barel untuk pertama kalinya dalam dua minggu, sementara imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun di bawah 3,2 persen.
Pertarungan terbaru dari volatilitas di pasar dipicu oleh kegelisahan baru atas dampak inflasi pada prospek pertumbuhan ekonomi AS. Pada Rabu, PDB AS kuartal pertama direvisi turun untuk menunjukkan kontraksi tahunan 1,6 persen, karena konsumsi pribadi lebih lemah dari yang dilaporkan sebelumnya.
Sementara itu pada laporan terpisah awal pekan ini menunjukkan penurunan kepercayaan konsumen AS ke level terendah 16 bulan dan penurunan ekspektasi jangka pendek ke level terendah 9 tahun. Ini meningkatkan kekhawatiran bahwa konsumen akan membatasi pengeluaran untuk mengantisipasi harga yang terus tinggi.
Baca Juga
Lebih lanjut, beberapa pejabat Federal Reserve telah menandai risiko bahwa ekspektasi inflasi akan mengakar di antara konsumen, membuat bank sentral mempertahankan postur hawkish untuk saat ini.
“Fakta bahwa harga yang menonjol dari bensin dan makanan tetap tinggi menunjukkan bahwa ada beberapa risiko bahwa ekspektasi inflasi jangka panjang dari rumah tangga dan bisnis akan terus meningkat," kata Presiden Federal Reserve Cleveland Loretta Mester dalam sambutannya, mengutip Yahoo Finance, Rabu (29/6/2022).
Dia menyatakan akan mendukung kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi pada Juli jika kondisi ekonomi terlihat serupa melalui pertemuan Fed bulan depan.
Data CME Group menunjukkan pasar saat ini memperkirakan kemungkinan lebih dari 80 persen bahwa kenaikan suku bunga 75 basis poin pada akhirnya akan terjadi pada Juli 2022.
Ekspektasi untuk serangkaian kenaikan suku bunga yang lebih besar dari biasanya tetap menjadi titik tekanan bagi saham teknologi khususnya, yang sangat dihargai pada prospek pertumbuhan pendapatan di masa depan. Nasdaq Composite tetap parkir di teritori bearish, turun 28,5 persen sepanjang tahun ini
"Kekhawatiran inflasi tetap ada, dan The Fed harus melangkah lebih agresif dan menaikkan suku bunga lebih lanjut, dan itu sangat, sangat buruk untuk saham teknologi," CEO Opimas Octavio Marenzi mengatakan kepada Yahoo Finance Live.
Adapun Gubernur The Fed Jerome Powell pada Rabu mengatakan tidak ada jaminan bahwa bank sentral dapat merekayasa 'soft landing' untuk ekonomi AS.
“Kami berpikir bahwa ada jalan bagi kami untuk mencapai ke inflasi 2 persen sambil tetap mempertahankan pasar tenaga kerja yang kuat. Kami yakin kami bisa melakukan itu," kata Powell, selama diskusi panel dengan kepala bank sentral lainnya pada konferensi kebijakan Bank Sentral Eropa di Sintra, Portugal.