Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Likuiditas Domestik Melimpah, Pasar Obligasi Indonesia Tahan Banting

Dukungan investor domestik untuk obligasi pemerintah yang tinggi membuat pasar obligasi Indonesia cukup resilien.
ilustrasi obligasi. Dukungan investor domestik untuk obligasi pemerintah yang tinggi membuat pasar obligasi Indonesia cukup resilien.
ilustrasi obligasi. Dukungan investor domestik untuk obligasi pemerintah yang tinggi membuat pasar obligasi Indonesia cukup resilien.

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar obligasi Indonesia dinilai masih cukup resilien seiring dengan likuiditas domestik yang melimpah serta dukungan kebijakan pemerintah dan bank sentral.

Handy Yunianto, Head of Fixed Income Analyst Mandiri Sekuritas dalam risetnya pada Jumat (24/6/2022) menyebutkan, di tengah ketidakpastian perekonomian dunia, pasar obligasi Indonesia juga mengalami kenaikan yield akibat keluarnya aliran dana asing.

Namun, dukungan investor domestik untuk obligasi pemerintah yang tinggi membuat pasar obligasi Indonesia cukup resilien. Hal ini terlihat dari kenaikan yield obligasi pemerintah Indonesia yang relatif lebih kecil dibandingkan negara-negara emerging market lainnya.

Ia menjelaskan, dukungan investor domestik kepada obligasi pemerintah akan terus solid karena faktor likuiditas rupiah yang masih melimpah. Secara umum, terjadi pertumbuhan pada kredit perbankan sebesar 9 persen, namun Dana Pihak Ketiga (DPK) berupa tabungan, giro, dan deposito juga mengalami kenaikan yang lebih tinggi yakni sekitar 10 persen.

Hal ini menyebabkan tren loan-to-deposit ratio perbankan terus menurun, yang berarti sistem perbankan Indonesia memiliki likuiditas yang memadai,” jelas Handy.

Seiring dengan hal tersebut, suku bunga deposito terus mengalami penurunan, sehingga selisih antara bunga depoito dan yield SUN semakin melebar. Kondisi ini membuat dukungan investor domestik terhadap obligasi pemerintah Indonesia akan terus berlanjut.

Sementara itu, tren likuiditas pada perbankan akan terus memadai, mengingat Bank Indonesia masih akan melakukan burden sharing SKB3, dengan memberikan membeli obligasi pemerintah di pasar perdana sejumlah Rp220 triliun.

Selain itu, pemerintah masih menjalankan ekspansi fiskal dimana defisit APBD masih di atas 4 persen dari PDB serta terjadi surplus pada neraca perdagangan Indonesia, akan turut menjaga likuiditas ke depannya.

Di tengah ketidakpastian global yang masih terjadi akibat pandemi, geopolitik perang Rusia dan Ukraina, disrupsi rantai pasokan, kenaikan inflasi yang diikuti dengan kenaikan suku bunga global, maka diversifikasi portofolio investasi menjadi sangat penting.

“Obligasi menjadi instrumen yang menarik karena memberikan cash flow kupon yang pasti, dengan tingkat imbal hasil yang masih menarik dan nilai pokok investasinya akan kembali lagi pada saat jatuh tempo,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper