Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan Citra Tubindo (CTBN) Menurun, Ini Penyebabnya

Pendapatan Citra Tubindo (CTBN) menurun seiring lesunya realisasi ekspor pada 2021.
PT Citra Tubindo Tbk. (CTBN) membukukan kinerja yang menurun pada kuartal I/2022 seiring lesunya realisasi ekspor pada 2021.
PT Citra Tubindo Tbk. (CTBN) membukukan kinerja yang menurun pada kuartal I/2022 seiring lesunya realisasi ekspor pada 2021.

Bisnis.com, JAKARTA — PT Citra Tubindo Tbk. (CTBN) membukukan kinerja yang menurun pada kuartal I/2022 seiring lesunya realisasi ekspor pada 2021.

Tercatat, pendapatan Citra Tubindo pada kuartal I/2022 senilai US$15,29 juta atau sekitar Rp222 miliar. Jumlah ini menurun dibandingkan periode yang sama pada 2021 senilai US$17,26 juta.

President Director Citra Tubino Fajar Wahyudi memaparkan, realisasi pendapatan ekspor yang menurun pada 2021 menyebabkan pendapatan perseroan ikut terkoreksi.

“Koreksi pendapatan disebabkan turunnya realisasi pendapatan ekspor di tahun lalu sebesar 38,45 persen menjadi US$52,68 juta dari tahun 2020 senilai US$85,58 juta,” jelas Fajar dalam acara paparan publik secara virtual, Jumat (24/6/2022).

Di sisi lain, pendapatan pasar domestik naik 1,21 persen menjadi US$41,10 juta, dari sebelumnya senilai US$40,61 juta.

Sepanjang 2021, CTBN mencetak pendapatan US$93,78 juta atau setara dengan Rp 1,36 triliun, menurun dari tahun 2020 senilai US$126,19 juta.

Pendapatan terbesar tahun lalu berasal dari penjualan bahan pipa, jasa pemrosesan pipa dan penjualan aksesoris pipa senilai US$90,39 juta, kemudian jasa pengangkutan US$3,15 juta, dan sisanya berasal dari jasa dukungan teknik.

Sebagai catatan, kinerja CTBN terdampak oleh faktor eksternal seperti kenaikan harga bahan baku mentah serta keadaan logistisk dunia saat ini yang masih menghadapi tantangan.

Sementara itu, Fajar melihat adanya tren pemulihan ekonomi dunia. Menurutnya, IMF memprediksi perekonomian Indonesia akan melanjutkan pemulihan di tahun ini dengan pertumbuhan mencapai 5,6p persen lebih tinggi dari realisasi 2021 sebesar 3,69 persen.

Sedangkan Bank Dunia dan OECD juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yakni sebesar 5,2 persen.

Terlebih di sektor migas, harga minyak diproyeksikan terus meningkat. Berdasarkan data Kementerian ESDM, pemerintah akan mempersiapkan penawaran atau lelang Wilayah Kerja (WK) Migas sebanyak 12 WK di tahun ini untuk menarik investor.

“Kami meyakini dapat melanjutkan pertumbuhan berkelanjutan karena telah mendapatkan beberapa proyek infrastruktur hulu migas sifatnya tahun jamak atau multiyears project,” imbuh Fajar.

CTBN juga optimistis nilai tambah industrialisasi akan menjadi keunggulan kompetitif perseroan. Meski begitu, masih ada tantangan perekonomian imbas konflik geopolitik Rusia-Ukraina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper