Bisnis.com, JAKARTA - Yen Jepang jatuh terhadap dolar AS ke level terendah sejak Oktober 1998 pada akhir perdagangan Selasa (22/6/2022) karena kebijakan moneter ultra-longgar bank sentral Jepang (BoJ) sangat kontras dengan kebijakan agresif Federal Reserve yang bertekad menahan lonjakan inflasi.
Mengutip Antara, Yen turun ke level terendah 24 tahun baru di 136,455 per dolar AS, memperpanjang kerugian yang telah membuatnya merosot lebih dari 18 persen nilainya versus greenback tahun ini.
Colin Asher, ekonom senior di Mizuho mengatakan pergerakan yen tampaknya terutama didorong oleh arus safe-haven ke dolar.
"Dolar menembus level tertinggi lama di 135,60 yen dan memicu penghentian menembus angka besar di 136,0 dan seterusnya," kata Asher.
"Alasannya sama seperti minggu lalu dan minggu-minggu sebelumnya, BoJ akan menjadi yang terakhir dari kenaikan suku bunga oleh G10, The Fed mempercepat langkah, dan (ada) spread imbal hasil yang lebih luas," tambahnya.
Yen melemah lagi setelah BoJ pada Jumat (17/6/2022) menghancurkan ekspektasi perubahan kebijakan dan terus berdiri sendiri di antara bank-bank sentral utama lainnya dalam komitmennya untuk pengaturan moneter ultra-longgar.
Baca Juga
Sebaliknya telah meningkatkan pembelian obligasi untuk mempertahankan imbal hasil 10-tahun dalam kisaran 0,0 persen hingga 0,25 persen yang ditargetkan. Namun terlepas dari upayanya, imbal hasilnya tetap berada di atas target itu
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida secara efektif memberikan lampu hijau untuk menjual yen ketika dia mengatakan BoJ harus mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgarnya.
Yen telah kehilangan lebih banyak daripada mata uang utama lainnya terhadap greenback, karena sikap kebijakan dovish BoJ menyimpang dari hawkish umum di antara pembuat kebijakan global.
Dalam mata uang lain, indeks dolar sedikit berubah pada 104,41, tetapi secara keseluruhan didukung oleh ekspektasi kenaikan suku bunga yang besar pada pertemuan Fed mendatang.
Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin menambahkan retorika hawkish bank sentral AS pada Selasa (21/6/2022), mengatakan bahwa panduan Ketua Fed Jerome Powell tentang kenaikan suku bunga 50 atau 75 basis poin pada Juli adalah "masuk akal."
Sebelumnya, dolar tergelincir setelah data menunjukkan penjualan existing home atau penjualan rumah tangan ke-dua (sudah pernah ditempati sebelumnya) di AS jatuh ke level terendah dua tahun pada Mei karena harga melonjak ke rekor tertinggi dan suku bunga KPR meningkat lebih lanjut, mendorong pembeli keluar dari pasar.
Euro, di sisi lain, menguat pada 1,0529 dolar, naik 0,2 persen. Euro menguat setelah kepala ekonom Bank Sentral Eropa Philip Lane mengatakan ECB akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Juli, tetapi ukuran kenaikan September masih harus diputuskan, menunjukkan kemungkinan kenaikan 50 basis poin yang lebih besar.
Sterling juga menguat terhadap dolar, naik 0,4 persen pada 1,2290 dolar di tengah komentar hawkish dari pembuat kebijakan bank sentral Inggris (BoE).
Kepala ekonom BoE Huw Pill mengatakan pada Selasa (21/6/2022) bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengatasi lonjakan inflasi.