Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (21/6/2022).
Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, mata uang Garuda ditutup naik 23,5 poin atau 0,16 persen ke level Rp14.812 per dolar AS.
Sementara itu, mata uang Asia lainnya ditutup bervariasi yakni yen Jepang yang melemah 0,11 persen, won Korea Selatan yang melemah 0,13 persen, yuan China yang melemah 0,06 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,04 persen.
Sementara itu, indeks dolar di pasar spot tercatat melemah 0,58 persen ke level 104,09.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar melemah terhadap mata uang lainnya di Selasa, (21/6/2022) karena investor mengawasi sikap dari bank sentral utama untuk mengekang inflasi.
"Bank sentral utama mengambil tindakan untuk menjinakkan inflasi dan menaikkan suku bunga, menambah kekhawatiran investor tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi," kata Ibrahim dalam risetnya, Selasa (21/6/2022).
Baca Juga
Sementara itu, dari dalam negeri, Ibrahim menuturkan pelaku pasar mengapresiasi kinerja pemerintah tentang utang luar negeri yang menyusut di tengah banyak negara diambang kebangkrutan akibat konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan menjadikan harga komoditas melonjak.
Dengan lonjakan harga tersebut maka Indonesia mendapatkan keuntungan dan berkah. Hal ini berimbas terhadap utang pemerintah yang semakin sehat disebabkan oleh penurunan rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Hal tersebut tentu menjadi kabar baik, mengingat ke depan risiko akan melonjaknya utang menjadi sangat tinggi," ucapnya.
Rasio utang terhadap PDB saat ini adalah 39 persen dengan nominal utang mencapai Rp7.040,32 triliun. Dengan penerimaan yang kuat dari lonjakan harga komoditas, rasio utang terhadap PDB telah turun 13 persen.
Adapun untuk perdagangan besok, Rabu (22/6/2022), Ibrahim memproyeksikan rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup menguat tipis di rentang Rp14.790-Rp14.840.