Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan sawit Grup Salim, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) atau Lonsum menjadi saham pilihan analis lantaran membukukan kinerja yang solid.
Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap menjelaskan, ada tiga alasan LSIP menjadi top pick, antaralain oil extraction rate (OER) yang lebih tinggi dibandingkan kompetitornya, dampak netral dari peraturan pemerintah, serta neraca yang kuat tercermin dari posisi kas bersih.
“Kami lebih memilih LSIP sebagai top pick kami dalam kondisi saat ini,” pungkas Juan dalam risetnya, Senin (20/6/2022).
Rekomendasi buy LSIP disematkan dengan target harga Rp1.900 dan P/E 5,5x sampai setahun ke depan.
Sebagai informasi, berdasarkan keterangan resmi perseroan, Lonsum mempertahankan posisi keuangan yang sehat dengan total aset Rp12,21 triliun dan tidak mencatatkan adanya hutang bank tertanggal 31 Maret 2022.
Juan melanjutkan, Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 38 Tahun 2022 yang baru diterbitkan akan memicu peningkatan kegiatan ekspor minyak sawit di Indonesia.
Baca Juga
Hal ini akan memengaruhi emiten sawit. Pasalnya, peraturan tersebut memungkinkan eksportir untuk tidak memenuhi persyaratan CPO DMO dengan mengikuti peraturan flush out dan dikenakan pajak ekspor tambahan senilai US$200 per ton.
“Urgensi percepatan kegiatan ekspor juga dipicu oleh target pemerintah menaikkan harga tandan buah segar (TBS) dalam negeri untuk mengantisipasi kelebihan pasokan domestik lebih lanjut,” imbuh Juan.
Peraturan DMO dan DPO yang baru diterapkan dengan rasio 1:3 dengan penyesuaian reguler. Sebagai contoh, untuk dapat mengekspor 3 ton CPO, produsen atau eksportir harus mengalokasikan 1 ton CPO untuk kebutuhan dalam negeri.
Di sisi lain, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98/PMK.010/2022 telah menaikkan bea keluar minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya per 10 Juni 2022. Sedangkan untuk pungutan ekspor, tarifnya akan diturunkan akibat program subsidi minyak goreng yang dicabut.
“Dengan peraturan baru ini, perusahaan memiliki 2 opsi untuk melakukan kegiatan ekspornya, yaitu melalui peraturan DMO dan DPO, atau melalui peraturan flush out,” jelasnya.
Secara keseluruhan, Mirae mempertahankan rekomendasi overweight di sektor perkebunan Indonesia.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan bahwa LSIP diproyeksikan memiliki prospek yang cerah.
Hal ini karena laba bersih yang bertumbuh didukung penurunan beban pokok yang cukup besar.
“Prospek positif LSIP salah satunya didukung oleh harga CPO yang cenderung masih tinggi. Selain itu, harga minyak mentah dunia saat ini juga masih berada di level tinggi, yang membuat permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel cukup besar,” ujar Frankie.
Pada perdagangan Bursa Efek Indonesia, Senin (20/6/2022) saham LSIP terpantau parkir di zona hijau dengan penguatan 0,85 persen atau setara 10 poin ke level 1.180.
Sepanjang hari ini, saham dengan kapitalisasi pasar Rp8,05 triliun tersebut bergerak di rentang 1.130 hingga 1.185.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.