Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Sebabnya Dana Kelolaan Reksa Dana Saham Dalam Tren Penurunan Sejak 2018

Ashmore AM Steven menilai fluktuasi dalam makro ekonomi global dan domestik sangat tinggi yang kemudian menyebabkan dana kelolaan reksa dana saham cenderung turun. 
ilustrasi investasi reksa dana
ilustrasi investasi reksa dana

Bisnis.com, JAKARTA – Manajer Investasi mengungkapkan penurunan persentase dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksa dana saham dalam tiga tahun terakhir diakibatkan oleh kombinasi sentimen global maupun domestik. 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, pada tahun 2018 dan 2019, AUM reksa dana saham selalu berada di urutan teratas. Pada Mei 2018, AUM reksa dana yang tercatat sebesar Rp493,71 triliun, di antaranya terdapat 28,50 persen AUM reksa dana saham.

Di tahun berikutnya, pada Mei 2019, AUM reksa dana saham masih memimpin sebesar 28,69 persen atau Rp141,74 triliun terhadap total AUM industri. Sementara persentase reksa dana terproteksi terpantau naik menjadi 26,91 persen atau Rp132,94 triliun, disusul reksa dana pendapatan tetap sebesar Rp103,97 triliun atau 21,04 persen. 

Namun pada tahun 2020, AUM reksa dana saham secara persentase dan juga besarannya merosot. Pada Mei 2020, dana kelolaan reksa dana saham menjadi Rp93,04 triliun atau 20,13 persen. Sedangkan di urutan pertama ditempati oleh reksa dana terproteksi sebesar 25,27 persen atau Rp116,79 triliun. 

Pada tahun lalu, per 31 Mei 2021, dana kelolaan reksa dana saham berada di urutan kedua dengan persentase 22,87 persen atau Rp119,27 triliun. Sedangkan di urutan pertama adalah reksa dana pendapatan tetap sebesar 26,53 persen atau Rp138,36 triliun. 

Selanjutnya di tahun ini, AUM reksa dana saham, per 31 Mei 2022 masih berada di urutan kedua yaitu sebanyak 22,64 persen atau Rp123,07 triliun dengan urutan pertama ditempati oleh reksa dana pendapatan tetap sebesar 26,47 persen atau Rp143,93 triliun. 

Direktur Ashmore Asset Management Steven Satya Yudha mengungkapkan sejak awal tahun 2018 hingga 2021, fluktuasi dalam makro ekonomi global dan domestik memang sangat tinggi yang kemudian menyebabkan dana kelolaan terhadap reksa dana saham terkena dampaknya. 

Steven menjelaskan, sebelum terjadi pandemi Covid-19 di tahun 2020, ekonomi global telah mengalami beberapa pukulan seperti perang dagang di antara AS dan China, Brexit, serta tensi politik di Timur Tengah dan Hong Kong. 

Sementara pada perekonomian domestik, di masa tersebut terjadi berbagai masalah seperti defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang mulai melambat dan sebagainya. 

“Hal ini mempengaruhi kinerja dari pasar saham secara umum, menjadi tidak optimal dalam periode waktu tersebut,” ungkap Steven kepada Bisnis, Jumat (10/6/2022). 

Belum lagi, lanjut Steven terjadi beberapa permasalahan hukum dalam industri yang mengakibatkan penurunan minat pada reksa dana saham. 

Steven mengatakan, pergeseran minat investor pada aset kelas yang lebih konservatif seperti reksa dana pendapatan tetap, juga didorong oleh aksi bank sentral di seluruh dunia yang menurunkan suku bunga secara signifikan sebagai respon penanggulangan pandemi, yang mendorong akumulasi agresif pada reksa dana pendapatan tetap. 

Bahkan di saat siklus sudah mulai bergeser ke arah inflasi tinggi yang memberikan tekanan pada harga obligasi. 

“Dalam kesempatan ini, saya menekankan pentingnya diversifikasi terutama karena siklus ekonomi sangat dinamis dan memerlukan penyesuaian pada portofolio investasi,” kata Steven. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper