Bisnis.com, JAKARTA — Manajer Investasi mengatakan porsi reksa dana saham bisa meningkat seiring prospek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menunjukkan tanda-tanda positif.
Turunnya persentase dana kelolaan reksa dana saham dalam tiga tahun terakhir dinilai dipengaruhi oleh aksi ambil untung yang dilakukan para investor. Pembenahan regulasi pada produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (Paydi) juga turut berdampak pada tren penurunan.
Manajer Investasi mengungkapkan dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksa dana saham secara persentase mengalami penurunan dalam tiga tahun belakang baik karena sentimen global maupun domestik.
“Ketika IHSG naik ke level 7.000-an, banyak investor yang profit taking dana yang ada sembari menunggu momentum untuk masuk kembali. Selain itu, pembenahan POJK Paydi membuat institusi asuransi beralih ke kontrak pengelolaan dana dibandingkan dengan reksa dana,” kata Direktur Panin Asset Management Rudiyanto, Minggu (12/6/2022).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan AUM reksa dana saham berada di urutan teratas secara persentase pada 2018 dan 2019. Mengutip data bulan Mei 2018, AUM reksa dana yang tercatat sebesar Rp493,71 triliun, 28,50 persen di antaranya merupakan AUM reksa dana saham. Lalu berikutnya reksa dana terproteksi sebesar Rp127,38 triliun atau 22,58 persen, kemudian pendapatan tetap sebesar Rp104,74 triliun atau 21,21 persen.
Pada Mei 2019, AUM reksa dana saham juga masih memimpin sebesar 28,69 persen atau Rp141,74 triliun. Sementara persentase reksa dana terproteksi terpantau naik menjadi 26,91 persen atau Rp132,94 triliun, disusul reksa dana pendapatan tetap sebesar Rp103,97 triliun atau 21,04 persen.
Baca Juga
Namun pada tahun 2020, AUM reksa dana saham secara persentase dan juga besarannya merosot. Pada Mei 2020, dana kelolaan reksa dana saham menjadi Rp93,04 triliun atau 20,13 persen. Sedangkan di urutan pertama ditempati oleh reksa dana terproteksi sebesar 25,27 persen atau Rp116,79 triliun.
Pada tahun lalu, per 31 Mei 2021, dana kelolaan reksa dana saham berada di urutan kedua dengan persentase 22,87 persen atau Rp119,27 triliun. Sedangkan di urutan pertama adalah reksa dana pendapatan tetap sebesar 26,53 persen atau Rp138,36 triliun.
Selanjutnya di tahun ini, AUM reksa dana saham, per 31 Mei 2022 masih berada di urutan kedua yaitu sebanyak 22,64 persen atau Rp123,07 triliun dengan urutan pertama ditempati oleh reksa dana pendapatan tetap sebesar 26,47 persen atau Rp143,93 triliun.
Meski porsi reksa dana saham cenderung berkurang secara persentase, Rudiyanto mengatakan prospeknya masih positif di tengah potensi pergerakan IHSG ke level 7.500—8.000 dan perkembangan harga komoditas ekspor Indonesia.
“Dalam situasi ini manajer investasi akan melakukan pengelolaan secara aktif agar kinerja bisa di atas benchmark. Untuk dana kelolaan, MI juga akan memaksimalkan agen penjual yang ada dan menambah yang baru,” kata dia.