Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab IHSG Anjlok 2 Persen Tinggalkan 7.000, Saham BBCA-BBRI Jadi Penekan

IHSG turun 2,06 persen atau 145,95 poin menjadi 6.940,7 pada awal perdagangan, mengikuti kejatuhan bursa global akibat lonjakan inflasi AS.
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka anjlok 2 persen lebih meninggalkan level 7.000 pada awal perdagangan Senin (13/6/2022).

Pada pukul 09.02 WIB, IHSG turun 2,06 persen atau 145,95 poin menjadi 6.940,7. Terpantau 344 saham menurun, 66 saham naik, 155 saham stagnan.

IHSG terutama tertekan dua saham terbesar, yakni BBCA dan BBRI. Saham BBRI turun 2,73 persen ke Rp4.280, dan saham BBCA turun 0,68 persen ke Rp7.300.

Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang mengungkapkan setelah selama sepekan lalu IHSG turun sebesar 1,34 persen tetapi disertai net buy asing sebesar Rp1,31 triliun, IHSG kembali berisiko tertekan awal pekan ini.

"Di awal pekan ini, Senin, nampaknya tekanan jual masih akan betah bercokol di Bursa Indonesia alias IHSG berpotensi turun kembali seiring cukup tajamnya kejatuhan Indeks di Wall Street dimana DJIA turun sebesar 2,73 persen dan Nasdaq turun lebih tajam sebesar 3,52 persen menyusul di luar dugaan inflasi AS Mei justru naik menjadi 8,6 persen, tertinggi selama 41 tahun terakhir," katanya, Senin (13/6/2022).

Padahal harapannya inflasi AS minimal tetap di 8,3 persen atau turun di bawah level tersebut. Hal ini membuat banyak perkiraan The Fed akan agresif menaikan FFR sebesar 75 bps dalam FOMC Meeting pada 14--15 Juni 2022.

Potensi kejatuhan IHSG Senin ini juga berasal dari kembali turunnya EIDO sebesar 2,19 persen serta kembali turunnya harga beberapa komoditas seperti minyak, batu bara, crude palm oil (CPO), nikel dan timah.

Penurunan harga komoditas dan indeks EIDO ini terjadi di tengah berlanjutnya kenaikan yield Obligasi AS dan Indonesia tenor 10 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper