Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Terus Reli, Wall Street Terkapar

Bursa AS melemah setelah penguatan harga minyak mentah memicu kekhawatiran investor terhadap inflasi dan langkah-langkah oleh bank sentral untuk menahannya.
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada perdagangan Rabu (8/6/20022), mengakhiri reli penguatan dua hari berturut -turut.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah,81 persen ke 32.910,90, sedangkan indeks S&P 500 turun 1,08 persen ke 4.115,77 dan Nasdaq Composite melemah 0,73 persen ke 12.086,27.

Sebanyak 10 dari 11 sektor utama indeks S&P 500 berada di zona merah. Produsen chipset berada di bawah tekanan setelah kepala keuangan Intel Corp mengatakan kuartal II/2022 tidak berjalan sebaik yang diharapkan. Saham Intel turun lebih dari 5 persen, sedangkan Philadelphia Semiconductor Index melemah 2,5 persen.

Pelemahan semakin dalam ketika kepala Komisi Sekuritas dan Bursa AS meninjau perombakan aturan pasar modal sebagai tanggapan terhadap perdagangan liar tahun lalu di saham GameStop Corp. dan saham meme lainnya.

Imbal hasil obligasi Treasury AS melampaui ambang psikologis 3 persen. Sementara itu, minyak mentah WTI naik di atas US$120 per barel karena data persediaan menyoroti krisis pasokan.

Penguatan harga minyak mentah memicu kekhawatiran investor terhadap inflasi dan langkah-langkah oleh bank sentral untuk menahannya.

Mike Bailey, direktur penelitian di FBB Capital Partners mengatakan investor saat ini dalam posisi bimbang setelah pulih dari pasar bearish bulan lalu

“Dua kekhawatiran besar adalah lockdown China dan inflasi, yang berasal dari energi dan konflik Ukraina. Persoalan China baru saja berlalu, tetapi masalah lain dengan inflasi dan energi akan kembali lagi,” ungkap Bailey, dikutip Bloomberg Kamis (9/6/2022).

Sentimen masih lemah di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan prospek pendapatan perusahaan. Bank Sentral Eropa diperkirakan memutuskan penguranan program pembalian aset senilai triliunan euro pada Kamis. (9/6).

Sementara itu, investor akan menantikan data indeks harga konsumen (IHK) AS pada Jumat pekan ini, yang diperkirakan akan menjaga tekanan pada Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga.

Data IHK AS pada hari Jumat diperkirakan menunjukkan inflasi meningkat di bulan Mei dari bulan sebelumnya, sementara sedikit melambat dari tahun sebelumnya tetapi tetap di atas level 8 persen. Hal ini diperkirakan akan tetap memberikan tekanan terhadap The Fed untuk tetap menaikkan suku bunga acuan secara agresif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper