Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Waswas Soal Pertumbuhan Ekonomi, Wall Street Loyo

Bursa saham AS melemah setelah investor cenderung menghindari aset berisiko karena kekhawatiran bahwa pengetatan kebijakan bank sentral AS akan menekan pertumbuhan ekonomi.
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada awal perdagangan Selasa (7/6/2022) karena investor mengambil posisi risk-off di tengah kekhawatiran bahwa pengetatan kebijakan bank sentral akan menekan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,6 persen ke level 32.718,09. Sementara itu, indeks S&P 500 melemah 0,5 persen ke level 4.100,62 dan Nasdaq Composite melemah 0,54 persen ke 11.995,73.

Sebanyak 9 dari 11 indeks sectoral S&P 500 berada di zona merah. Saham sektor konsumen memimpin pelemahan, dengan saham peritel Target Corp anjlok lebih dari 5 persen memangkas prospek laba untuk kedua kalinya dalam tiga pekan di tengah surplus persediaan.

Investor cenderung ragu-ragu untuk mengambil risiko di tengah kekhawatiran upaya untuk menahan inflasi akan berlebihan dan menahan pemulihan ekonomi. Tekanan terhadap peritel turut menyoroti risiko pertumbuhan. Selain itu, inflasi telah mengubah permintaan konsumen dari barang-barang mahal ke bahan pokok yang kurang menguntungkan.

Direktur Investasi abrdn James Athey mengatakan meskipun investor di pasar modal enggan untuk mengakui, prospek pendapatan tidak bagus dan mungkin semakin buruk.

“Kombinasi dari penurunan pertumbuhan, kenaikan suku bunga, dan penurunan likuiditas cukup buruk untuk ekuitas,” ungkap James seperti dikutip Bloomberg, Selasa (7/6/2022).

Tutur menambah kekhawatiran risiko terhadap pertumbuhan ekonomi, Tim analis Goldman Sachs yang dipimpin oleh Christian Mueller-Glissmann memperingatkan kenaikan imbal hasil kemungkinan akan tetap menekan valuasi saham.

Imbal hasil obligasi Treasury AS menguat, dengan tenor 5 dan dan 10 tahun mendekati level 3 persen karena investor menunggu data inflasi penting pada hari Jumat. Data indeks harga konsumen (IHK) AS untuk bulan Mei akan memberikan gambaran bagi pelaku pasar yang mencoba memahami jalur suku bunga Fed.

Data tenaga kerja yang kuat pekan lalu memberikan pembenaran untuk pendekatan agresif bank sentral AS

Analis investasi senior BlackRock Inc.Laura Cooper mangatakan investor perlu melihat sikap dovish dari pembuat kebijakan untuk benar-benar memiliki keyakinan terhadap reli ekuitas yang berkelanjutan.

"Perdebatan seputar 'apakah kita akan melihat resesi, apakah kita akan melihat soft landing?' -- itu benar-benar membuat pasar relatif terikat,” ungkap Cooper.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper