Bisnis.com, JAKARTA – Pasar Modal Indonesia atau yang dikenal dengan nama Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange/BEI) yang telah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1977, hari ini Jumat (3/6/2022) resmi merayakan Hari Pasar Modal yang diperingati setiap tanggal 3 Juni.
Dengan demikian, hari ini BEI telah beroperasi selama 45 tahun. PT Kustodian Efek Indonesia (KSEI) dalam keterangan resminya menyampaikan bahwa bursa di Tanah Air terus mencatatkan pertumbuhan yang menggembirakan baik dari sisi jumlah investor maupun data transaksinya.
Berdasarkan data KSEI per April 2022, jumlah investor pasar modal telah menembus 8,6 juta orang atau naik 15,11 persen dari posisi akhir tahun 2021. Sementara jika dibandingkan dengan data 2019, jumlah investor melonjak signifikan yaitu sebesar 247,01 persen atau sebanyak 2,48 juta orang.
Kemudian menariknya, saat ini jumlah investor didominasi oleh investor dengan pendidikan terakhir SMA dengan persentase sebesar 60,57 persen dengan nilai aset saham. Rp160,69 triliun dan nilai aset reksa dana Rp30,08 triliun.
Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo mengatakan bahwa faktor pendukung pertumbuhan jumlah investor antara lain semakin mudahnya akses untuk berinvestasi di pasar modal, salah satunya dengan adanya pembukaan rekening online yang diinisiasi KSEI pada mulai tahun 2019.
“Sinyal ini [pertumbuhan jumlah investor] menunjukan pasar modal bukan lagi menjadi investasi bagi kalangan tertentu saja, tetapi merupakan pilihan masyarakat Indonesia,” ungkapnya dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (3/6/2022).
Baca Juga
Sementara dari sisi jumlah aset, KSEI menyebutkan investor dengan tingkat pendidikan S1 yang merupakan 29,42 persen dari total jumlah investor yang ada memimpin. KSEI menjabarkan nilai aset saham oleh investor dengan pendidikan akhir S1 adalah Rp427,51 triliun dan nilai aset reksa dana sebesar Rp106,43 triliun.
Selanjutnya KSEI juga menyampaikan bahwa transaksi di BEI menunjukkan kondisi yang sangat positif, di mana per April 2022 rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp15,4 triliun dan rata-rata frekuensi transaksi mencapai 1,4 juta kali transaksi.
Dari sisi industri reksa dana, KSEI pun mengungkapkan investor domestik menguasai sebesar 97 persen komposisi kepemilikan aset, dengan reksa dana pasar uang yang paling diminati lebih dari 2,2 juta investor.
Namun, pertumbuhan pasar modal saat ini tidaklah selalu mudah. Mengutip video YouTube akun Bisnis.com Jumat (3/6/2022), saat didirikan, bursa efek belum bernama Bursa Efek Indonesia, melainkan Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Jika kembali ditarik lebih mundur, bursa di Tanah Air pun sebenarnya sudah ada saat Belanda masih menjajah Indonesia di tahun 1912 yang dinamakan Bursa Efek Batavia. Akan tetapi bursa efek ini harus tutup saat perang dunia pertama memanas.
Kemudian pada tahun 1925, pemerintah Belanda membuka kembali bursa disertai pembentukan bursa efek di Semarang dan Surabaya. Dan kembali ditutup pada saat perang dunia kedua memanas.
Setelah diresmikan kembali pada tahun 1977, transaksi Bursa Efek Jakarta selama 10 tahun ternyata sepi karena masyarakat pada saat itu lebih percaya mengelola keuangannya melalui perbankan.
Pada saat ada perubahan kebijakan dari pemerintah orde baru, mulai tahun 1987 yang mengeluarkan Paket Desember 87 (PAKDES ‘87), pasar modal baru mulai bergeliat. Di mana kebijakan tersebut mempermudah emiten memperoleh dana dari emiten asing.
Semakin tumbuhnya transaksi, Bursa Efek Jakarta oun meluncurkan sistem komputer Jakarta Automated Trading System alias JATS pada tahun 1995. Selanjutnya BEJ menjadi semakin besar setelah adanya penggabungan dengan Bursa Efek Surabaya yang sebelumnya dikelola oleh swasta dan akhirnya berubah nama menjadi BEI.
Saat pandemi masuk ke dalam negeri, BEI pun sempat mencatatkan pelemahan terendah, namun beberapa tahun berjalan kembali naik dan bahkan telah melewati level tertingginya yaitu lebih dari 7.000.
Berikut video penjelasan sejarah Bursa Efek Indonesia: