Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) yang masih terjadi membuat kinerja instrumen reksa dana pendapatan tetap tertekan. Investor disarankan beralih ke reksa dana jenis lain, seperti pasar uang, sambil menunggu penurunan imbal hasil SUN.
Laporan dari Infovesta Utama pada Rabu (18/5/2022) mencatat, secara year to date (ytd), reksa dana pendapatan tetap mencatatkan return negatif sebesar 2,65 persen.
Sementara, pada periode 28 April – 13 Mei lalu, reksa dana pendapatan tetap terpantau melemah 1,68 persen.
Riset tersebut menjelaskan, pelemahan kinerja reksa dana pendapatan tetap terjadi seiring dengan tertekannya pasar obligasi. Salah satu sentimen yang menekan pasar obligasi adalah kenaikan suku bunga the Fed seiring dengan masih tingginya tekanan inflasi.
Selain itu, kondisi geopolitik Rusia-Ukraina yang belum mereda dan naiknya US yield treasury menjadi katalis negatif bagi pasar obligasi Indonesia.
Infovesta menyebutkan, pelemahan harga obligasi akan terus berlanjut setidaknya hingga akhir semester I/2022.
Baca Juga
“Oleh karena itu, kami menyarankan sebaiknya para pelaku pasar untuk sementara menghindari investasi pada instrumen ini sampai yield memasuki entry point yang atraktif menyentuh 7 persen,” demikian kutipan laporan tersebut.
Kinerja reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap diprediksi masih akan menunjukkan kecendrungan menurun sejalan dengan sentimen negatif yang mempengaruhi pasar saham maupun obligasi.
“Kami memperkirakan tekanan ini akan terus berlanjut hingga kuartal II/2022,” lanjutnya.
Di tengah kondisi pelemahan, Infovesta menyebutkan, para pelaku pasar dapat mengalihkan investasinya ke reksa dana pasar uang yang lebih stabil ditengah fluktuasi pasar akibat isu kenaikan suku bunga.