Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan sektor perunggasan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) membukukan laba bersih sepanjang 2021. BRI Danareksa merekomendasikan hold bari emiten unggas itu.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2021 berjumlah Rp60,37 miliar. Pada 2020, MAIN mencatat kerugian sebesar Rp38,83 miliar.
Kinerja positif MAIN sejalan dengan penjualan bersih yang tumbuh 30,42 persen YoY dari Rp7,0 triliun menjadi Rp9,13 triliun. Penjualan Malindo pada 2021 didominasi oleh produk pakan dengan nilai Rp5,82 triliun, penjualan anak ayam usia sehari (DOC) sebesar Rp1,61 triliun, dan ayam broiler sebanyak Rp1,31 triliun.
Sementara itu, penjualan makanan olahan menyumbang Rp110,12 miliar dan penjualan lain-lain Rp267,63 miliar. Seiring dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan MAIN ikut terkerek. Pos pengeluaran ini naik 35,06 persen YoY dari Rp 6,34 triliun pada 2020 menjadi Rp8,57 triliun pada 2021.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano mengatakan EBITDA Malindo turun 24 persen YoY menjadi Rp354 miliar, 93 persen dari estimasi yang ditetapkan sebelumnya. Sementara itu, laba bersih berada di atas estimasi dan konsensus karena perubahan yang lebih tinggi pada nilai wajar aset biologis.
“Dengan mengecualikan perubahan nilai wajar aset biologis, kami memperkirakan EBITDA MAIN pada 2022 meningkat 9 persen menjadi Rp385 miliar,” katanya dalam riset yang dilansir Senin (4/4/2022).
Baca Juga
Margin Malindo diperkirakan masih dalam tekanan tahun ini akibat tingginya harga bahan baku, meningkat bisnis utama perusahaan adalah pakan ternak. Namun, MAIN berpeluang mengurangi tekanan margin laba jika perusahaan fokus pada segmen bisnis makanan olahan.
“Meskipun volume penjualan lebih rendah karena perusahaan fokus pada segmen konsumen atas, tetapi keuntungan yang diperoleh bisa mengurangi tekanan pada margin laba MAIN jika upaya ini dilanjutkan,” kata dia.
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan peringkat hold pada saham MAIN, dengan target harga yang direvisi dari Rp750 menjadi Rp650 seiring dengan penyesuaian proyeksi EBITDA yang mencakup perubahan nilai aset biologis dari Rp578 miliar menjadi Rp495 miliar.
“Kami mempertahankan rekomendasi hold mengingat bisnis inti MAIN, yakni pakan ternak, akan menghadapi tekanan margin dari harga bahan baku yang lebih mahal," pungkasnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.