Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan saham perusahaan Grup Salim terpantau melemah pada pembukaan perdagangan Senin (21/2/2022) ditengah laporan soal dugaan penimbunan stok minyak goreng kemasan yang dilakukan salah satu anak usahanya, PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP).
Berdasarkan data RTI, hingga pukul 09.10 WIB, SIMP terpantau mencatatkan penurunan terdalam diantara saham Grup Salim lainnya. Saham SIMP terkoreksi 1,63 persen atau 8 poin ke level Rp484.
Sementara itu, saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) juga terpantau turun 0,39 persen atau 25 poin pada harga Rp6.350 disusul PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yang melemah 0,36 persen atau 5 poin di level Rp1.390.
Sebaliknya, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) terpantau menguat 0,29 persen atau 25 poin ke harga Rp8.550.
Sebagaimana dilaporkan, SIMP tengah terbelit dugaan penimbunan setelah Satgas Pangan Sumatra Utara menemukan 1.100 ton minyak goreng kemasan sederhana dengan merek B di salah satu gudang di Deli Serdang.
Perusahaan menegaskan bahwa minyak goreng kemasan di gudang tersebut merupakan stok yang siap dikirimkan ke pemesan. Perusahaan secara implisit membantah dugaan penimbunan.
Baca Juga
"SIMP sebagai Perusahaan yang tumbuh dan berkembang di Indonesia senantiasa mematuhi semua peraturan dan ketentuan yang berlaku di Indonesia. Dalam hal ini terkait dengan peraturan Kementerian Perdagangan," kata Sekretaris Perusahaan SIMP Yati Salim melalui siaran pers.
Sampai September 2021, SIMP mencatat kenaikan penjualan sebesar 37 persen menjadi Rp14,13 triliun. Kenaikan ditopang oleh kenaikan harga jual rata-rata (ASP) dari produk sawit dan produk minyak dan lemak nabati. Kenaikan volume penjualan produk minyak dan lemak nabati juga menyumbang pertumbuhan penjualan.
Perusahaan yang juga menjalankan usaha perkebunan ini tercatat menjual minyak sawit mentah (CPO) dengan volume 518.000 ton selama Januari–September 2021, volume ini tak banyak berubah daripada periode yang sama di 2020. Sementara itu, penjualan produk kernel sawit turun 2 persen dari 123.000 ton menjadi 121.000 ton dan penjualan bibit sawit naik 14 persen dari 3.900 ton menjadi 4.500 ton.