Bisnis.com, JAKARTA – Tensi geopolitik dan kemunculan varian Omicron membuat kinerja reksa dana konvensional berdenominasi rupiah mengungguli reksa dana berdenominasi dolar AS.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menuturkan, secara year to date (ytd) kinerja reksa dana berdenominasi dolar AS masih berada dibawah reksa dana konvensional rupiah. Hal ini seiring dengan ketidakpastian tren suku bunga global yang membayangi pasar.
Ia menjelaskan, hal ini juga ditambah dengan eskalasi tensi geopolitik di Ukraina. Sentimen tersebut berimbas pada kenaikan harga komoditas dunia yang justru menjadi pemberat pergerakan reksa dana dolar AS.
“Sentimen ini bagus untuk reksa dana konvensional yang rupiah, terutama yang memiliki aset dasar pada sektor energi. Sementara reksa dana dolar AS yang umum di Indonesia seperti global syariah fund justru tertekan karena rata-rata saham teknologi sedang koreksi,” jelasnya saat dihubungi pekan ini.
Wawan melanjutkan, tren koreksi pada reksa dana dolar masih akan berlanjut dalam jangka pendek. Selain faktor suku bunga dan tensi geopolitik, kemunculan varian Omicron yang berbuntut pada kenaikan jumlah kasus positif turut menekan prospek pertumbuhan ekonomi dunia.
Di sisi lain, prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih cenderung positif meski dibayangi oleh sentimen Omicron. Hal ini juga ditambah dengan valuasi di pasar Indonesia yang cenderung murah dan lebih menarik di mata investor.
Baca Juga
“Tetapi, setelah sentimen Omicron berakhir, suku bunga sudah pasti, dan eskalasi geopolitik menurun, kinerja reksa dana dolar AS pun akan ikut pulih,” jelasnya.
Wawan juga mengingatkan bahwa investasi pada produk reksa dana dolar idealnya dilakukan sesuai kebutuhan. Umumnya, pembelian reksa dana dolar dilakukan untuk memitigasi risiko nilai tukar.
Selain itu, investor juga harus menyesuaikan reksa dana dolar dengan profil risiko dari sisi horizon investasi masing-masing.
“Untuk reksa dana dolar atau saham cocok yang horizon investasinya 3 – 5 tahun, reksa dana pendapatan tetap cocok untuk jangka menengah sekitar 3 tahun, sedangkan yang jangka pendek atau 1 tahun cocoknya di pasar uang,” pungkasnya.