Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pelayaran anak usaha Humpuss Intermoda, PT GTS Internasional Tbk. (GTSI) menargetkan pendapatan pada 2022 mencapai US$43 juta atau sekitar Rp615 miliar.
Direktur GTSI Dandun Widodo mengatakan bahwa target tahun ini lebih besar daripada 2021. Adapun, sepanjang 2020, pendapatan GTSI tumbuh menjadi US$31,33 juta atau naik dari periode sebelumnya pada 2019 sebesar US$30,17 juta.
GTSI juga membukukan pertumbuhan kinerja yang positif dengan membukukan laba bersih sekitar US$16,2 juta, naik dari 2019 sebesar US$10,67 juta.
“Kontribusi kontrak angkutan LNG GTSI dengan BP Berau Ltd. ke pendapatan sekitar 40 persen,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (17/1/2022).
Baru-baru ini GTSI melalui salah satu anak perusahaannya PT Hikmah Sarana Bahari (HSB) berhasil mengantongi kontrak dengan BP Berau Ltd. untuk pengapalan kargo LNG. Kontrak pengapalan LNG tersebut akan menggunakan dengan kapal EKAPUTRA-1 dengan jangka waktu satu tahun terhitung mulai 7 Januari 2022.
Dandun menambahkan, kerja sama ini juga wujud komitmen GTSI melalui anak usaha untuk terus berkontribusi menyediakan energi bangsa oleh anak bangsa.
Baca Juga
Untuk kontrak yang diperoleh saat ini, EKAPUTRA-1 mengangkut LNG yang diproduksi di Kilang Tangguh LNG yang dioperasikan oleh BP Berau Ltd. dengan lokasi muat (loading) di pelabuhan Tangguh, Teluk Bintuni, Papua Barat dan discharging port yang direncanakan berada pada beberapa titik di Indonesia bagian barat, di antaranya Arun Port, FSRU Jawa Barat, FSRU Lampung dan FSRU Jawa Satu.
Untuk nilai kontraknya, Dandun belum ingin memberikan bocoran. Namun, dia menegaskan lebih besar dari nilai kontrak sebelumnya.
Sebelumnya, pada Oktober 2021, GTSI meraih kontrak dengan BP Berau senilai US$4,1 juta atau setara Rp58,22 miliar dengan kurs Rp14.200.
Adapun, untuk anggaran belanja modal (capex) tahun ini GTSI menyiapkan US$60 juta untuk pembangunan FSRU. Sumber dana untuk capex tahun ini sendiri berasal dari dana hasil IPO yang belum sempat dialirkan ke proyek FSRU.
Sampai dengan 31 Desember 2021, GTSI telah merealisasikan penggunaan dana hasil IPO sebesar 78 persen atau Rp186,4 miliar dari total hasil dana penawaran umum sebesar Rp240 miliar
GTSI mengalokasikan dana terbesar untuk membayar pinjaman kepada PT Anoa Sulawesi Regas sebesar Rp153,6 miliar. Namun sejauh ini pelunasan utang baru mencalai Rp100 miliar atau 42 persen saja.
Adapun sisa dana sebesar Rp38,4 miliar telah disalurkan kepada PT Anoa Sulawesi Regas sebagai penyertaan modal. Lalu, Rp48 miliar telah dipakai GTSI untuk memperkuat modal kerja.