Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsolidasi Perusahaan Telekomunikasi Untungkan TBIG TOWR Cs, Cek Rekomendasi Sahamnya

Eencana merger perusahaan operator telekomunikasi disebut membawa peluang tersendiri bagi perusahaan menara.
salah satu menara telekomunikasi yang dikelola oleh PT Bali Towerindo Sentra Tbk./balitower.co.id
salah satu menara telekomunikasi yang dikelola oleh PT Bali Towerindo Sentra Tbk./balitower.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - PT Indo Premier Sekuritas mempertahankan pandangan overweight untuk sektor menara telekomunikasi. Saham pemain utama di sektor menara yaitu PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) pun direkomendasikan beli.

Analis Indo Premier Sekuritas Hans Tantio mengatakan fundamental sektor menara telekomunikasi di Indonesia saat ini sangat kuat. Apalagi, rencana merger perusahaan operator telekomunikasi disebut membawa peluang tersendiri bagi perusahaan menara.

“Kami tetap overweight [untuk sektor menara telekomunikasi] karena performa operasional yang kuat. Pengembalian spektrum [dari merger Indosat dan Hutch] dan harga data yang lebih tinggi untuk operator juga menjadi katalis,” tulis Hans dalam riset terbaru yang dipublikasikan lewat Bloomberg, dikutip Selasa (26/10/2021).

Adapun, merger antara PT Indosat Ooredoo Tbk. (ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia dinilai Hans akan menghasilkan konsolidasi situs menara yang tumpang-tindih sekitar total 25 persen - 30 persen yang akan berdampak negatif bagi sektor menara.

Hal itu diperkirakan bakal menekan TBIG untuk jangka pendek karena memiliki penyewaan sekitar 2.500 menara oleh ISAT sedangkan TOWR sekitar 3.000 menara dari Hutchison. Hans mengingatkan walaupun penyewaan menara sebagian besar merupakan kontrak jangka panjang, tetapi risiko bisa selalu terjadi saat kontrak baru diperbarui.

Kendati demikian, merger ISAT dan Hutch disebut Hans juga bisa mendatangkan katalis positif untuk sektor menara. Pasalnya, terdapat potensi beberapa spektrum milik ISAT dan Hutch setelah merger dikembalikan kepada pemerintah.

Dengan skenario tersebut, entitas merger kedua perusahaan akan diharuskan mengalokasikan lebih banyak order kepada perusahaan menara untuk mempertahankan kapasitas dan area jangkauannya.

“Risiko nantinya berasal dari renegosiasi harga sewa dan pembatalan order baru,” tulis Hans.

Sementara itu, Hans menyebut perusahaan menara telekomunikasi masih dapat menikmati pertumbuhan anorganik setidaknya hingga 2022.

Adapun, TBIG telah menuntaskan akuisisi menara dari PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. (IBST) sedangkan TOWR dari PT Indosat Ooredoo Tbk. (ISAT) dan PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (SUPR).

Hans pun memberikan rekomendasi beli untuk saham menara TBIG dengan target harga Rp3.400 dan TOWR dengan target harga Rp1.530.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper