Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tambang batu bara PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) berhasil menyerap lebih dari 50 persen anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) dari yang ditargetkan tahun ini.
Direktur Keuangan Bukit Asam Farida Thamrin menyebutkan realisasi capex sampai kuartal III/2021 sudah lebih dari 51 persen.
“Angka ini sangat baik mengingat sampai dengan kuartal III/2021 kita masih ada problem Covid-19, ini sebetulnya kalau kita lihat industri yang bisa realisasikan capex di atas 30 persen sudah sangat baik melihat kendala yang ada saat ini,” ujar Farida pada konferensi pers, Senin (25/10/2021).
Adapun untuk 2022, capex PTBA masih sedang dalam proses meminta persetujuan pemegang saham.
“Capex 2022 akan dibagi menjadi tiga bagian, untuk pengeluaran rutin, untuk anak usaha, dan pengembangan investasi,” imbuhnya.
Pada 2021 sendiri, Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie C. mengatakan perusahan mematok capex 2021 sebesar Rp3,84 triliun dari panduan tahun sebelumnya Rp2,77 triliun.
Baca Juga
Dia menjelaskan, peningkatan alokasi capex tersebut untuk merealisasikan rencana ekspansi bisnis untuk memacu kinerja perseroan, meningkatkan investasi dalam mengembangkan diversifikasi usaha, hilirisasi batu bara.
Sampai saat ini, perseroan masih melanjutkan proyek PLTU Sumsel-8 yang akan mengonsumsi 5,4 juta ton batu bara per tahun dan ditargetkan beroperasi secara komersial pada Maret 2022.
PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 yang berkapasitas 2x620 MW merupakan proyek strategis PTBA dengan nilai mencapai US$ 1,68 miliar ini telah mencapai penyelesaian proyek sebesar 91,03 persen pada September 2021.
Kemudian, untuk perkembangan proyek gasifikasi batu bara DME juga disebut berjalan sesuai dengan rencana dan akan segera terealisasi sebagai bentuk komitmen PTBA atas terbitnya Perpres 109 tahun 2020.
Proyek Strategis Nasional ini akan dilakukan di Tanjung Enim selama 20 tahun, dengan mendatangkan investasi asing dari APCI sebesar US$2,1 miliar atau setara Rp30 Triliun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun.
Proyek ini diharapkan bisa mengurangi impor LPG lebih dari 1 juta ton per tahun sehingga dapat memperbaiki neraca perdagangan dan banyak benefit lainnya bagi Indonesia,” jelas Direktur Utama PTBA Suryo Eko Hadianto.
Kemudian, pengembangan PLTS untuk ekspansi ke sektor energi baru dan terbarukan juga mulai berjalan. Salah satunya dengan Commercial Operation Date (CoD) PLTS di Bandara Soekarno Hatta bekerjasama dengan PT Angkasa Pura II (Persero) yang telah beroperasi penuh pada 1 Oktober 2020.
Untuk komitmen pengamanan Pasokan Batu Bara Nasional PT PLN (Persero), PTBA bersama PT KAI (Persero) juga berkomitmen menjaga pasokan batu bara untuk mempertahankan keandalan listrik bagi masyarakat.
Adapun, proyek angkutan batu bara PTBA bekerjasama dengan PT KAI mengembangkan proyek angkutan batu bara jalur kereta api dengan kapasitas 72 juta ton/tahun pada tahun 2026, termasuk jalur baru yang terdiri dari Tanjung Enim – Arah Utara dengan kapasitas angkut 20 juta ton/tahun, beserta fasilitas dermaga baru Kramasan yang dibangun oleh PT KAI dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2024.
Di samping itu kapasitas angkut 5 juta ton per tahun telah berhasil dioperasikan pada Dermaga Kertapati sejak kuartal I/2020 dan akan ditingkatkan menjadi kapasitas 7 juta Ton pada kuartal IV/2021.
Selanjutnya, di Tanjung Enim Arah Selatan Tarahan-1, pengembangan kapasitas jalur eksisting menjadi 25 juta ton/tahun yang sudah COD pada kuartal I/ 2021 dengan kapasitas angkut 20 juta ton per tahun dan PTBA merencanakan beroperasi pada kuartal III/2026.