Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi AS Kembali Memanas, Wall Street Ditutup Melesat

Hasil yang menjanjikan untuk pil Covid-19 eksperimental produksi Merck & Co. memicu reli di perusahaan-perusahaan yang akan mendapat manfaat dari pembukaan kembali ekonomi.
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) menutup perdagangan Jumat (1/10/2021) waktu setempat dengan penguatan dipicu prospek kenaikan pertumbuhan ekonomi yang melebihi faktor kekhawatiran atas tekanan inflasi.

Berdasarkan data Bloomberg pada Sabtu (2/10/2021), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 1,43 persen ke 34.326,46, sementara S&P 500 naik 1,15 persen ke 4.357,04, sedangkan Nasdaq menanjak 0,82 persen ke 14.566,70.

Hasil yang menjanjikan untuk pil Covid-19 eksperimental produksi Merck & Co. memicu reli di perusahaan-perusahaan yang akan mendapat manfaat dari pembukaan kembali ekonomi.

Saham komoditas dan keuangan termasuk di antara yang memperoleh keuntungan terbesar di S&P 500, sementara indeks saham berkapitalisasi kecil melonjak 1,7 persen. Saham maskapai penerbangan, operator kapal pesiar, hotel, dan taman hiburan melesat.

Kepala Investasi UBS Global Wealth Management Mark Haefele mengatakan, sentimen positif akan kembali karena hambatan baru-baru ini mereda dan fokus beralih kembali ke prospek pertumbuhan ekonomi yang solid dan pendapatan yang kuat.

Kami terus menyarankan investor untuk membeli [saham] pemenang dari pertumbuhan global,” katanya.

Ukuran manufaktur Amerika berkembang pada laju tercepat dalam empat bulan, didukung oleh permintaan yang kuat untuk barang-barang pabrik dan inventaris yang berkembang.

Sentimen konsumen AS naik tipis pada akhir September, meskipun tetap mendekati level terendah pandemi. Indeks pengeluaran konsumsi pribadi -- yang digunakan Fed untuk target inflasinya -- mengalami kenaikan tahunan terbesar sejak 1991.

Mantan Menteri Keuangan AS Lawrence Summers mengatakan para investor mungkin sedang memperhatikan risiko ekonomi AS yang terlalu panas dan peluang yang mendorong bank sentral untuk menarik lebih cepat stimulus kebijakan moneter.

Sementara itu Wakil Ketua BlackRock Inc. Philipp Hildebrand berpendapat pembukaan kembali ekonomi global kemungkinan akan menyebabkan inflasi tinggi selama 12 hingga 18 bulan ke depan.

Terlepas dari reli saham pada Jumat, S&P 500 masih mengalami penurunan mingguan terbesar sejak Februari.

Ada banyak hal yang harus disaring untuk investor, dan saya pikir itulah yang Anda lihat dengan peningkatan volatilitas," kata Ryan Nauman, ahli strategi pasar di Zephyr.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper