Bisnis.com, JAKARTA – Emiten menara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. akan menerbitkan surat utang atau notes senilai US$900 juta untuk melunasi utang lebih cepat dan membiayai rencana ekspansi usaha.
Dengan memperhitungkan kurs tengah Bank Indonesia pada 30 Juni 2021 yaitu Rp14.496, maka perseroan berpotensi memperoleh Rp13,04 triliun. Dana itu setara dengan 141,5 persen dari nilai ekuitas pada semester I/2021.
Emiten berkode saham TBIG itu menetapkan jatuh tempo pembayaran pokok 10 tahun sejak masing-masing notes diterbitkan. Adapun kupon yang ditawarkan oleh emiten menara itu mencapai 6 persen per tahun dengan pembayaran setiap enam bulan atau periode yang disetujui oleh para pihak.
Perseroan akan melaksanakan penerbitan dalam satu kali atau beberapa kali penerbitan dalam jangka waktu 12 bulan sejak persetujuan RUPSLB pada 30 September 2021. Namun, notes hanya ditawarkan secara terbatas kepada pembeli awal.
Rencananya emiten menara itu akan menggunakan dana hasil penerbitan untuk beberapa hal. Misalnya melunasi fasilitas pinjaman revolving seri B sebesar US$100 juta. Perseroan bersama entitas memiliki saldo sebesar Rp1,37 triliun dengan marjin bunga di atas 1,85 persen yang jatuh pada Juni 2022.
TBIG berencana melunasi karena marjin diatas LIBOR untuk kreditur dalam negeri dan 1,75 persen per tahun untuk kreditur luar negeri. Selain itu juga fasilitas pinjaman revolving sebesar US$200 juta untuk tambahan modal kerja.
Baca Juga
Per juni 2021, perseroan dan entitas memiliki saldo Rp1,61 triliun dengan marjin bunga 2 persen. Adapun fasilitas pinjaman jatuh tempo pada Juni 2022.
Selain melunasi utang, TBIG juga berencana menadanai ekspansi usaha termasuk belanja modal di masa depan. Misalnya perencanaan jaringan, akuisisi lahan dan perijinan, desain infrastruktur dan program perluasan jaringan.
Pada semester I/2021, TBIG mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 15,28 persen dari posisi Rp2,57 triliun pada tahun sebelumnya. Seluruh penghasilan merupakan penghasilan sewa dari menara telekomunikasi dan properti investasi.
Anak usaha BUMN yaitu Telkomsel tercatat menjadi penyewa terbesar dengan kontribusi Rp1,08 triliun. Jumlah itu setara dengan 36,53 persen dari total pendapatan perseroan.
Adapun tempat berikutnya diisi oleh PT Indosat Tbk. (ISAT) senilai Rp641,45 miliar. Lalu PT XL Axiata Tbk. (EXCL) mencapai Rp479,19 miliar. Masing-masing berkontribusi sebesar 21,59 persen dan 16,13 persen dari total pendapatan.
Meski demikian, beban pokok perseroan naik hingga 50,96 persen menjadi Rp729,08 miliar. Penyusutan menara dan penyusutan asset hak guna menjadi kontributor utama kenaikan beban.
Beruntung emiten menara itu mendapatkan suntikan dari pos pendapatan bunga Rp8,23 miliar dan selisih kurs hingga Rp26,28 miliar. Hal itu ikut mendorong pertumbuhan laba bersih sebesar 29,92 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada paruh pertama tahun ini TBIG membukukan laba bersih Rp663,26 miliar sedangkan tahun sebelumnya Rp510,48 miliar. Dengan begitu laba per saham ikut terkerek menjadi Rp31,79.