Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kontraktor PT Waskita Karya (Persero) Tbk. akan memfokuskan kembali bisnis perseroan ke bidang konstruksi setelah menyelesaikan mandat pengembangan jalan tol hingga 2025.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo bahwa strategi bisnis Waskita Karya ke depannya akan difokuskan ke bisnis konstruksi di beberapa sektor utama seperti air, jalan, dan perkeretaapian.
“Jadi, memang kalau banyak pertanyaan kenapa tolnya dilepas karena kami berharap Waskita tidak lagi menjadi investor tapi Waskita benar-benar kembali ke core konstruksinya,” kata Tiko dalam rapat kerja dengan Wakil Menteri BUMN II di Komisi VI DPR RI, Senin (27/9/2021).
Adapun, kondisi keuangan Waskita Karya menjadi memprihatinkan setelah perseroan banyak menggelontorkan investasi untuk pengembangan jalan tol sejak 2016.
Emiten dengan kode saham WSKT tersebut setidaknya memegang mandat untuk membangun 16 ruas jalan tol di Trans-Jawa dan Trans-Sumatera.
Tiko menyampaikan di masa lalu Waskita Karya ditugaskan mengakuisisi tol Trans-Jawa dari pihak swasta sehingga total investasi dalam Proyek Strategis Nasional mencapai sekitar Rp27,8 triliun.
Baca Juga
Utang Waskita Karya pun mencapai puncaknya pada 2019 sekitar Rp90 triliun pada 2019 yang terdiri dari Rp70,9 triliun utang bank dan obligasi serta sekitar Rp20 triliun utang vendor.
“Jadi nanti setelah tol-tol ini selesai sampai 2025, tol ini akan dilepas akan diambil BUMN lain atau swasta atau SWF/INA. Waskita diharapkan 2025 nanti kembali ke core awalnya supaya tidak masuk ke investasi jangka panjang yang memang bukan core competence-nya Waskita,” jelas Tiko.
Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan perseroan berkomitmen untuk menyelesaikan segala kewajibannya pada 2025 sembari melakukan transformasi bisnis.
“Kami melakukan transformasi bisnis, mengubah fokus bisnis yang tadinya investasi di jalan tol kami akan berubah menjadi investasi jalan tol dengan kapasitas minoritas,” ujar Destiawan.
Di luar itu, WSKT disebut akan fokus pada proyek konvensional baik dari pemerintah maupun BUMN. Dalam proyek-proyek tersebut, perseroan akan lebih memilih yang proses konstruksi dengan sistem pembayaran bulanan disertai uang muka. Dengan demikian, aliran kas perseroan disebut akan lebih terjaga.
Dengan fokus pada tender konvensional tersebut, Destiawan meyakini keperluan modal kerja Waskita Karya yang bersumber dari perbankan dapat dikurangi.