Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Isu Tapering dan RDG BI, Lelang Sukuk Besok Diprediksi Turun

Pertemuan The Fed pada pekan ini kembali memunculkan isu tapering, yang dapat menekan pasar obligasi emerging market termasuk Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan rancangan APBN 2021 dalam konferensi pers virtual, Selasa (1/12/2020) / Foto: Kemenkeu RI
Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan rancangan APBN 2021 dalam konferensi pers virtual, Selasa (1/12/2020) / Foto: Kemenkeu RI

Bisnis.com, JAKARTA – Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara pada Selasa (21/9/2021) besok diprediksi akan mengalami penurunan penawaran karena dibayangi oleh pertemuan The Fed yang kembali memunculkan isu tapering off.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menuturkan minat investor terhadap surat utang pemerintah Indonesia masih cukup positif selama beberapa pekan terakhir.

Meski demikian, menurutnya kondisi pasar SUN Indonesia selama sepakan terakhir cenderung melemah. Hal tersebut terlihat dari kenaikan imbal hasil (yield) SUN Indonesia seri acuan 10 tahun.

Data dari laman World Government Bonds mencatat, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara Indonesia seri acuan 10 tahun berada pada kisaran 6,214 persen. Selama 1 pekan terakhir, yield SUN Indonesia tercatat melemah 1,2 basis poin.

“Selama beberapa bulan ini pasar Indonesia mengalami reli yang cukup kuat, sehingga pelemahan ini memang cukup wajar,” katanya saat dihubungi pada Senin (20/9/2021).

Meski demikian, Ramdhan mengatakan minat investor pada lelang sukuk kali ini akan cukup tinggi. Salah satu sentimen pendukung adalah potensi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang akan dipertahankan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan ini.

Ramdhan mengatakan sejauh ini tingkat likuiditas pasar, terutama di dalam negeri, masih cukup melimpah. Hal ini akan membuat para pemilik modal untuk berlomba-lomba mencari instrumen investasi yang aman dan dengan return terjamin seperti sukuk negara.

Sementara itu, dari luar negeri, pertemuan The Fed yang juga dilakukan pada pekan ini kembali memunculkan isu tapering. Hal ini diyakini akan sedikit menekan pasar obligasi emerging market, termasuk Indonesia.

Meski demikian, Ramdhan meyakini kepercayaan investor terhadap pasar obligasi Indonesia akan tetap terjaga. Hal tersebut seiring dengan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai membaik dan kondisi makroekonomi yang kondusif

“Walaupun hasil lelang besok tidak akan setinggi kemarin, saya perkirakan masih berada di kisaran Rp40 triliun – Rp50 triliun,” ujarnya.

Di sisi lain, VP Economist Bank Permata Josua Pardede menyebutkan penawaran yang masuk pada lelang sukuk besok diprediksi lebih rendah dibandingkan hasil sebelumnya. Hal ini seiring dengan tren penguatan dolar AS pada seminggu terakhir.

Ia menjelaskan, imbal hasil obligasi 10-tahun Indonesia cenderung naik sekitar 1 hingga 2 basis poin (bps) dibandingkan dengan hari Jumat atau cenderung naik 9 bps secara month-to-date.

Josua memprediksi, investor akan cenderung wait and see dan menahan diri untuk mengikuti lelang besok. Menurutnya, para investor menunggu hasil RDG BI serta FOMC Meeting The Fed yang akan berlangsung pada pekan ini.

“Kami proyeksikan penawaran yang masuk dalam lelang SBSN besok akan berada di kisaran Rp35 triliun-Rp50 triliun,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper