Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada pembukaan perdagangan awal pekan ini, Senin (6/9/2021) menjelang keputusan mengenai kelanjutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali.
Berdasarkan data Bloomberg di pasar spot, rupiah menguat 0,05 persen atau 7,5 poin ke level Rp14.255 dari penutupan sebelumnya di level 14.262,5 pada pukul 09.10 WIB. Rupiah dibuka di level 14.247,5 dan secara tahun berjalan telah melemah 1,46 persen.
Di sisi lain, indeks dolar AS berjangka September 2021, mengalami penguatan 0,14 persen atau 0,127 poin ke level 92,16 dari penutupan sebelumnya di level 92,033.
Sementara itu, hingga 9.20 WIB, yen Jepang melemah 0,09 persen terhadap dolar AS, won Korea Selatan turun 0,01 persen, peso Filipina terkoreksi 0,28 persen, yuan China menguat 0,03 persen, ringgit Malaysia naik 0,05 persen, dan bath Thailand tergelincir 0,02 persen.
Hari ini, mata uang Garuda diprediksi masih bisa bertahan di teritori positif. Vice President Economist PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menjelaskan, mata uang Garuda cenderung akan berada di rentang Rp14.200-14.325 per dolar AS.
Akhir pekan lalu dolar AS terpantau melemah terhadap mata uang G-10 lainnya di tengah data ketenagakerjaan AS yang cenderung mixed.
Baca Juga
Di satu sisi, data tenaga kerja nonpertanian tercatat 235.000, lebih rendah dibandingkan proyeksi sebesar 735.000, dan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1.053.000.
“Namun, tingkat pengangguran AS tercatat sebesar 5,2 persen, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 5,4 persen,” jelas dia kepada Bisnis, Senin (6/9/2021).
Pada penutupan Jumat (3/9/2021) waktu setempat, indeks dolar AS melemah 0,21 persen ke level 92,035. Berbeda dengan pergerakan dolar, yield dari U.S. Treasury mengalami kenaikan setelah rilis data ketenagakerjaan.
Imbal hasil dari obligasi pemerintah AS naik 4 basis poin ke level 1,32 persen. Sepanjang pekan lalu, seiring dengan lemahnya indikator perekonomian AS, Dollar bergerak melemah 0,70 persen secara mingguan
Pada akhir pekan lalu, lanjut Josua, sentimen risk-on meningkat di pasar Asia setelah investor memperkirakan bahwa data NFP cenderung berada di bawah bulan sebelumnya.
Rupiah ikut terdorong, dan cenderung menguat terhadap dolar AS. Sepanjang pekan, rupiah menguat terhadap Dolar AS, yang diakibatkan oleh sentimen dovish dari The Fed dan lemahnya indikator AS.
“Di tengah penguatan rupiah pada Jumat, yield obligasi benchmark cenderung tidak berubah,” jelas dia.