Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Dibuka Jatuh Menyusul Pelemahan Data Tenaga Kerja AS

Data tenaga kerja yang sangat lemah kemungkinan akan mempengaruhi keputusan The Fed mengurangi stimulusnya.
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks utama di bursa saham Amerika Serikat (AS) mengawali perdagangan Jumat (3/9/2021) waktu setempat dengan tertahan di zona merah, setelah para investor mencerna data tenaga kerja AS yang lemah.

Berdasarkan data Bloomberg, pada 20.31 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average dibuka anjlok 0,18 persen ke level 35.380,54, sementara S&P 500 tergelincir 0,13 persen ke posisi 4.531,17, sedangkan Nasdaq turun 0,06 persen ke 15.322,30.

S&P 500 turun dengan semua sektor saham utama bergerak lebih rendah. Perekrutan tenaga kerja AS tiba-tiba turun pada Agustus dengan kenaikan tingkat pekerjaan terkecil dalam tujuh bulan. Nonfarm payrolls meningkat 235.000 setelah direvisi naik 1,05 juta pada Juli. Perkiraan dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom adalah 733.000. Tingkat pengangguran turun menjadi 5,2 persen.

Ini adalah kerugian besar yang ditimbulkan oleh gangguan virus Covid-19 varian Delta," kata Seema Shah, kepala strategi Principal Global Investors.

Menurutnya, bank sentral The Fed saat ini jauh lebih fokus pada pemulihan lapangan kerja. Alhasil, data tenaga kerja yang sangat lemah kemungkinan akan mempengaruhi keputusan The Fed mengurangi stimulusnya.

“Saya pikir tidak ada yang berubah. Kita memiliki angka tenaga yang lemah, tetapi jika kami melihat di bawah permukaan, itu sebenarnya cukup kuat karena pertumbuhan upah," kata Zhiwei Ren, manajer portofolio di Penn Mutual Asset Management.

Adapun menjelang laporan pekerjaan, arus masuk dana investor ke pasar saham mencapai US$19,2 miliar, diikuti oleh US$12,7 miliar yang dialokasikan untuk obligasi, menurut Bank of America Corp, yang mengutip data EPFR Global pada awal pekan ini hingga Rabu (1/9/2021). Sementara itu arus keluar dari dana tunai adalah yang terbesar dalam tujuh minggu, dengan nilai US$23 miliar.

Lebih lanjut, berikut sejumlah kabar menarik dari para emiten tercatat di AS:

-Saham Alibaba Group Holding Ltd. dan Pinduoduo Inc. mempercepat penurunan saham perusahaan China yang terdaftar di AS, menyusul pasar Asia yang cenderung turun karena investor tetap waspada terhadap kebijakan lockdown setiap negara.

-Saham Forte Biosciences Inc. jatuh setelah mengatakan bahwa uji coba tahap menengah dari satu-satunya produk yang sedang dikembangkan, pengobatan eksperimental untuk dermatitis atopik, gagal.

-Broadcom Inc., salah satu pembuat chip terbesar di dunia, memberikan perkiraan penjualan kuartalan yang bullish, dibantu oleh permintaan untuk komponen yang digunakan dalam jaringan komputer dan smartphone.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper