Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia relatif stabil pada penutupan perdagangan Kamis (2/9/2021) di Asia, setelah OPEC dan sekutunya sepakat mempertahankan kebijakan mereka yang ada untuk meningkatkan produksi minyak secara bertahap.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun tipis 4 sen menjadi menetap di US$71,59 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober naik 9 sen menjadi ditutup pada US$68,59 per barel.
Brent telah terjun ke level terendah sesi US$70,42 per barel, sementara WTI merosot ke posisi terendah US$67,12 per barel.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, setuju untuk tetap berpegang pada kebijakan mereka mulai Juli guna menghapus rekor penurunan produksi dengan menambahkan 400.000 barel per hari (bph) per bulan ke pasar.
Namun, grup tersebut merevisi prospek permintaan 2022 dan menghadapi tekanan AS untuk meningkatkan produksi lebih cepat.
"Sementara dampak pandemi Covid-19 terus menimbulkan ketidakpastian, fundamental pasar telah menguat dan persediaan (negara-negara) OECD terus turun seiring percepatan pemulihan," kata OPEC+ dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga
OPEC+ telah memenuhi target menghilangkan kelebihan minyak dari pasar global dan penting untuk menjaga keseimbangan pasar, kata negosiator utama Rusia, Alexander Novak.
Sementara itu stok bensin AS naik 1,3 juta barel pekan lalu, kata Badan Informasi Energi AS (EIA). Para analis memperkirakan penurunan 1,6 juta barel.
Meningkatnya infeksi virus Corona dapat membatasi permintaan di Amerika Serikat dalam beberapa minggu mendatang, bersama dengan penurunan musiman setelah musim mengemudi musim panas berkurang.
"Peningkatan bensin terjadi saat Badai Tropis Henri menutup lalu lintas di Pantai Timur yang merupakan pukulan besar pada musim mengemudi di musim panas," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.
Lonjakan persediaan bensin datang bahkan ketika produk yang dipasok, ukuran permintaan, mencapai 22 juta barel per hari untuk pertama kalinya, kata EIA.
Persediaan minyak mentah AS juga jatuh 7,2 juta barel pekan lalu menjadi 425,4 juta barel. Analis memperkirakan penurunan 3,1 juta barel.
Harga minyak mentah AS diperkirakan akan tetap di bawah tekanan karena produksi minyak dan gas lepas pantai di Teluk Meksiko secara bertahap pulih. Namun, beroperasinya kembali kilang-kilang di Louisiana yang ditutup oleh Badai Ida bisa memakan waktu berminggu-minggu, kata para analis.