Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan AS Terkikis, Minyak Mentah Menguat

Minyak mentah terdongkrak 26 sen atau 0,4 persen dan ditutup di posisi US$74,74 per barel, setelah membukukan penurunan pertama dalam enam hari pada Selasa (27/7/2021).
Pemandangan pipa minyak di dekat pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma. -/Bloomberg.
Pemandangan pipa minyak di dekat pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma. -/Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah menguat pada akhir perdagangan Rabu (28/7/2021) setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun lebih tajam dari perkiraan para analis.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terdongkrak 26 sen atau 0,4 persen dan ditutup di posisi US$74,74 per barel, setelah membukukan penurunan pertama dalam enam hari pada Selasa (27/7/2021).

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September menguat 74 sen atau 1,0 persen ke US$72,39 per barel.

Persediaan minyak mentah AS merosot 4,1 juta barel dalam seminggu hingga 23 Juli, kata Badan Informasi Energi AS (EIA). Stok bensin dan bahan bakar distilat juga turun.

"Rebound dalam permintaan tersirat untuk bensin dan sulingan, serta operasional kilang yang lebih rendah, telah mendorong penarikan persediaan untuk keduanya," kata direktur penelitian komoditas ClipperData Matt Smith, dikutip Antara Kamis (29/7/2021).

Minyak telah naik 45 persen tahun ini, dibantu oleh pemulihan permintaan dan pembatasan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+.

OPEC+ setuju untuk meningkatkan pasokan sebesar 400.000 barel per hari mulai Agustus, melepaskan lebih banyak pengurangan pasokan tahun lalu, tetapi ini dipandang terlalu rendah oleh beberapa analis mengingat rebound dalam permintaan yang diperkirakan tahun ini.

Pemulihan ekonomi AS tetap di jalurnya meskipun ada peningkatan infeksi Covid-19, Federal Reserve mengatakan pada Rabu (28/7/2021) dalam pernyataan kebijakan baru yang tetap optimis dan mengisyaratkan pembicaraan sedang berlangsung seputar penarikan dukungan kebijakan moneter. Bank sentral membiarkan suku bunga di 0 persen.

Namun, meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia, meskipun ada program vaksinasi, telah membatasi keuntungan minyak dan tetap menjadi perhatian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper