Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia mendapatkan dukungan dari World Trade Organization (WTO) terkait sengketa pengenaan bea masuk imbalan oleh Uni Eropa terhadap impor biodiesel asal Indonesia. Oleh analis, hal ini dinilai mampu memberikan angin segar bagi emiten-emiten sawit dalam negeri.
Pengamat Pasar Modal Reydi Octa menilai potensi penguatan kinerja emiten sawit Tanah Air tidak hanya datang dari dukungan WTO terhadap Indonesia, melainkan juga dari rencana produksi B50 oleh pemerintah pada tahun mendatang. Dengan begitu, dua sentimen ini memberikan potensi penguatan jangka panjang terhadap emiten sawit.
“Sentimen ini memperkuat optimisme pasar terhadap saham sawit, apalagi jika didukung rencana B50 yang akan mendorong permintaan domestik. Jika momentum terjaga, sektor sawit bisa terus mencetak kinerja solid, baik di pasar ekspor maupun lokal,” katanya saat dihubungi, Selasa (25/8/2025).
Meskipun begitu, Reydi menilai bahwa penguatan ini masih dihadapkan pada tekanan dari regulasi deforestasi Uni Eropa (UEDR), pungutan ekspor yang meningkat, hingga volatilitas harga CPO dan cuaca yang ekstrem. Reydi menilai, hal ini mampu memberikan tekanan secara jangka pendek terhadap emiten-emiten sawit di tengah angin segar dukungan WTO.
“EUDR masih menjadi ganjalan besar bagi ekspor sawit ke Eropa. Perusahaan besar tentunya akan lebih siap menghadapi, tetapi tidak untuk petani yang kecil yang minim akses teknologi dan kekurangan pengetahuan administratif, ketimpangan ini akan menjadi risiko serius kedepannya,” katanya.
Reydi menilai, sejumlah emiten sawit yang berpotensi menguat akibat sentimen positif WTO antara lain TAPG, STAA, TBLA, dan DSNG. Dia menilai, emiten-emiten tersebut cukup solid dan ekspansif.
PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) misalnya, mencatatkan laba bersih yang terbang 75,36% year-on-year (YoY) dari Rp966,34 miliar pada 6 bulan pertama 2024.
Begitu juga dengan PT Sumber Tani Agung Resources Tbk. (STAA) yang membukukan laba bersih sebesar Rp656,72 miliar pada paruh pertama 2025, naik 55,15% YoY dari torehan Rp423,27 miliar pada periode yang sama 2024.
Selain itu, Reydi juga memberikan rekomendasi terhadap saham PGUN, JARR, BWPT, SIMP, hingga TBLA, yang dinilai memiliki kinerja yang positif sepanjang paruh pertama 2025.
“SIMP dan TBLA juga patut dicermati karena menarik secara valuasi, dengan kombinasi katalis eksternal dan dukungan kebijakan domestik yaitu B50, saham-saham sawit layak dicermati,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan Indonesia mendapat dukungan dari Panel Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) terkait sengketa pengenaan bea masuk imbalan (countervailing duties) oleh Uni Eropa terhadap impor biodiesel asal Indonesia.
Diketahui, WTO telah mengeluarkan putusan yang mendukung posisi Indonesia atas sejumlah klaim utama dalam pengaduan terkait pengenaan bea masuk imbalan oleh Uni Eropa terhadap impor biodiesel asal Indonesia.
“Ini berita baik di mana Panel WTO mendukung Indonesia di dalam keputusan terkait dengan dikenakannya dumping duty biodiesel di Eropa. Sebagai konsekuensi dari keputusan Panel WTO tersebut, maka tentu Uni Eropa perlu untuk mencabut dumping yang diberikan,” kata Airlangga dalam keterangan tertulis, dikutip pada Minggu (24/8/2025).