Bisnis.com, JAKARTA – Semarak IPO PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menghangat di kalangan pelaku pasar saham. Di tengah keriuhan tersebut, investor ritel kelas kakap, Lo Kheng Hong, mengakui enggan membeli saham BUKA.
Dalam sebuah seminar virtual, Lo Kheng Hong mengungkapkan dirinya tidak mau membeli saham BUKA karena tidak masuk dalam kriterianya.
“Kalau saya investor yang konservatif jadi ada kriteria dalam membeli saham salah satunya beli perusahaan yang untung besar dan valuasi yang rendah,” jelasnya dalam seminar virtual, Kamis (29/7/2021).
Menurutnya, ada dua kriteria yang tidak memenuhi kriteria saya yakni perusahaan masih rugi dan valuasinya tinggi.
Pak Lo, sapaan akrabnya, menyebutkan ada tiga hal yang akan dilakukan oleh seorang investor cerdas. Pertama, seorang investor yang cerdas akan memilih perusahaan yang dikelola oleh manajemen jujur dan berintegritas.
Kemudian, investor akan membeli perusahaan di bidang industri yang tepat dan bagus. Terakhir ketiga, membeli perusahaan yang mencatatkan untung besar.
Baca Juga
“Tentu saja saya tidak membeli, kriteria saya yang ketiga tidak terpenuhi,” imbuhnya.
Berdasarkan laporan keuangan perseoran Bukalapak masih mencatatkan rugi bersih. Pada 2020, rugi bersih mencapai -Rp1,35 triliun, turun dari tahun sebelumnya -Rp2,79 triliun.
Rugi bersih per saham yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham entitas induk -Rp171,48, berkurang dari sebelumnya -Rp365,79.
Selain masih merugi, menurut Pak Lo valuasi Bukalapak masih tergolong mahal bagi dirinya.
Dalam laporan keuangan kuartal I/2021, Bukalapak mencatatkan pendapatan Rp423,7 miliar. Dengan asumsi tersebut, pendapatan disetahunkan sekitar Rp1,69 triliun.
Dengan demikian, perhitungan revenue per share-nya menjadi Rp1,69 triliun dibagi 103,06 miliar lembar saham, yakni Rp16 per saham. Maka harga IPO Bukalapak Rp850 merefleksikan price to sales ratio menjadi 51,7 kali.
“Valuasinya bagi saya sangat mahal, investor yang cerdas membeli valuasinya murah atau Mercy yang dijual harga Avanza,” pungkas Lo Kheng Hong.